Hari ini Selasa, 22 November 2016, pukul 1.48 wib.
Saya tertidur dengan keadaan sukacita yang berubah menjadi pilu dalam waktu yang amat cepat bagai badai di siang bolong, Hari ini memang bukan hari yang baik untuk bercerita tapi ini saya rasa harus saya sampaikan sama kalian para pembaca. Hari ini yang saya masih tidak sama sekali memprediksi dan tidak tahu secara detail kapan dan bagaimana kronologi yang sebenarnya. Ya, pada hari ini nenek dari ayah saya tutup usia yang naasnya saya pun belum tahu pasti karena saya ketika terbangun dari tidur lelap, saya hanya bisa mengingat memori tentang dia. Mungkin jika kalian semua berpikir saya terlalu naif, saya terlalu berlebihan karena saya "hanya" kehilangan nenek saya dan kasarannya saya masih mempunyai ibu saya. Tetapi pola pikir saya tidak menyangkut ke arah situ. Dan saya pun sebenarnya menganggap nenek saya sebagai orangtua sendiri, karena kedekatan saya dengan beliau. Saya merasa beliau adalah ibu saya juga. Setiap bersamanya kehangatannya selalu bisa aku rasakan sebagai cucu. Aku juga bisa merasakan do'anya yang kuat menyertaiku dalam setiap kegiatanku, khususnya sepakbola. Dia jauh disana, dikampung halamanku, aku yakin dia selalu mendoa dalam setiap ibadah yang ia lakukan. Terlalu banyak kenangan yang bisa aku rasakan dengan dia. Karena semakin kita mengenal orang, semakin kita menyayangi seseorang maka saat "barang" itu diambil maka kita akan sangat kehilangan karena memori yang ada bersama dia.
Kini aku melihat dari sudut pandang yang berbeda, pertama aku membayangkan sebagai kakekku. Bayangkan jika kamu jadi kakek aku. Kakekku itu hampir 3 bulan lebih baru sembuh dari penyakit kronisnya, kini ia masih dalam proses berjalan. Saat mendengar berita ini pun beliau tak sanggup menahan air matanya yang deras bagai sungai yang berarus. Aku juga membayangkan jika kita kehilangan seseorang yang kita cintai, seseorang yang menjadi pendamping kita, seseorang yang selalu ada disaat seribu orang benci padamu, akupun tak kuasa menahan air mataku yang sangat jarang keluar ini. Aku seakan merasakan kehilangan orang yang paling kucintai dari yang paling kucintai juga. Kedua, sebagai ayahku yang adalah anaknya. Aku juga turut merasa kehilangan sebagai anak. Aku merasakan bahwa tidak ada lagi surga telapak kaki yang tersisa. Aku seakan merasa bahwa sudah hampir kehilangan arah tanpa sosok ibu yang menuntunmu disaat kau dalam kegelapan, yang meluruskanmu ketika kau keliru. Aku tahu betapa ayahku kehilangan sekali. Ketiga, aku membayangkan sebagai adiknya karena sebagai informasi saja bahwa nenekku anak sulung. sebagai adik pasti kehilangan kakak tertua bagai kelas yang tidak karuan karena hilangnya ketua kelas. Itu menurut pandangan saya. Keempat, sebagai teman setia atau pembantu rumah tangga. Mereka pasti akan sangat kehilangan apalagi hampir seluruh hidupnya didedikasikan untuk sang majikan yang pastinya mereka akan kehilangan arah. Karena pembantu rumah tangga adalah teman paling setia disaat anak-anak dan cucunya jauh berada di kota untuk mencari nafkah.
Aku belajar dari ibuku yang sudah kehilangan ibunya kalo tidak salah tahun 2007 silam. Aku tahu persis ini seperti yang ibuku dan kakekku rasakan saat itu. Sekarang aku sudah cukup dewasa untuk mengerti apa itu rasanya kehilangan. Sebagai contoh kecil, jika kita kehilangan kacamata kita untuk belajar dikelas kita akan merasa sedih, merasa sedih karena kita tidak bisa lagi membaca dan tidak bisa belajar. Sama seperti kita kehilangan seseorang yang kita cintai, kita sedih karena tidak bisa lagi berbakti lagi, kita tidak bisa lagi membuat dia tertawa,senang bahkanpun sedih dan menangis. Semua itu tinggalah sebutir kisah yang lambat laun akan terlupakan oleh waktu. Dan yang terpenting semua akan datang pada hal yang tak terduga. Tidak ada kata tidak siap, tetapi harus siap sewaktu-waktu akan diambil oleh kita.Suasana sukacita segenap bisa berubah menjadi badai tangis yang kelam. Aku juga merasa sangat bahagia karena kemarin aku merayakan pensi disekolah dan jujur sangat bahagia bisa melihat orang yang aku sayangi, tapi semua itu bagai debu di alam semesta setelah kudengar kabar ini. Aku jadi membayangkan ke hal yang liar. Bagaimana bila aku kehilangan seseorang yang kucintai layaknya kakekku? bagaimana sebagai seorang anak yang kehilangan ibunya? bagaimana bila adik yang kehilangan saudaranya? bagaimana pegawai yang tidak ada bosnya? Aku berpikir sejauh itu dan merenung. Apalagi aku ingat terakhir aku berbicara dengannya lewat hp setelah aku pulang dari Malaysia. Aku pun belum sempat mengucap selamat tinggal kepadanya. Andai waktu bisa diulang 3 jam sebelumnya dan andai aku tahu , aku akan mengucap selamat tinggal kepadanya. Tapi itu mustahil, seperti ingin memeluk pelangi, itu sangat tidak logis.
Aku hanya ingin bilang janganlah menyiakan waktu. Bukannya tidak mungkin dan bukannya aku menakuti atau menyumpahkan , tapi jangan habiskan waktu kamu untuk kegiatan yang sia-sia. Cobalah membuat orangtua atau keluargamu atau orang yang kamu cintai merasa berharga, Jika tidak bisa memberi materi, cobalah membuat mereka tertawa atau minimal tersenyum saat kamu ada didekatnya. Karena senyuman tulus itu akan selalu ada di memori, begitu kira-kira yang ayahku ajarkan padaku. Karena kapanpun dan dimana pun, siap tidak siap kita pasti akan kehilangan seseorang yang kita cintai. Jadi buatlah semasa hidup orang yang kamu cintai menjadi berarti, buatlah hidup mereka menjadi hidup yang didambakan. Aku juga akan masih terus belajar ikhlas dan tabah, aku akan belajar untuk membuat hidup orang yang kucintai jadi berharga , aku akan membuat orang yang aku cintai merasa bahagia bila didekatku, tersenyum bila didekatku, dan tersenyum saat menghembuskan napas terakhirnya di sisiku. Setiap orang punya kesempatan yang berbeda dan kesempatan itu hanya datang sekali. Jadi untuk mengakhiri cerita hari ini saya ingin kalian yang membaca tersenyum, karena senyuman itu adalah kekuatan batin yang bisa mengubah badai menjadi pelangi yang indah. Terus ikhlas menjalani hidup. Cintailah orang-orang yang kamu sayangi selagi beliau masih ada, Buatlah mereka bahagia , minimal tersenyum. Buatlah kisahmu secerah matahari terbit dengan orang yang kamu cintai,
Terima Kasih.
Assalamu'alaikum Wr. Wb.