Sabtu, 28 Maret 2020

Seharusnya Seharusnya Seharusnya

  Harusnya, kita lagi main-main di sana~
  Harusnya, kita lagi jalan-jalan di sana~
  Harusnya kita tampil hari ini~
  Harusnya, harusnya, harusnya, harusnya.

  Ini semua gara-gara virus bangsat!
  Corona bajingan!
  Gabut banget sialan, gak bisa ngapa-ngapain.
  Kita nanti seneng-seneng ya kalo virus keparat ini udah selesai~

  Jadi, sudah selesai sama urusan yang orang-orang pikirin dengan begitu pendeknya. Terus, masih mau terus mengeluh, mengolok-olok virus yang mewabah kini. Masih mau terus bilang, "harusnya, harusnya, harusnya"? Masih mau mencoba tidak menerima kenyataan sekarang?

  Dengan hormat dan dengan segala hormat, hentikan. Kalau mau mengeluh, jangan di depan orang banyak. Jika masih mau mengeluh juga, tolong jangan di depan saya. Kenapa sih harus selalu bilang "seharusnya"? Gak ada, gak ada yang seharusnya, inilah kenyataan. Bangun! Belajar terima apa pun yang Tuhan kasih. Bukannya gak boleh, bukannya melarang, tapi buat apa? Cuma buang waktu dan jujur, mohon maaf, saya terganggu dengan kata-kata "seharusnya". Hari ini tanpa semua manusia tahu juga dari lahir barangkali sudah ditakdirkan akan menghadapi virus ini. Semua manusia merencanakan atau tidak merencanakan sesuatu juga sudah ditakdirkan hari ini ya begini. Gak ada yang seharusnya, yang ada cuma selanjutnya. Manusia tugasnya merencanakan, Tuhan yang menentukan. Yang bisa dilakukan apa, jalani. Manusia berpikir apa yang bisa dilakukan nanti, apa yang mau dipikirkan setelah wabah ini. Apa yang masih ada dan bisa disyukuri, kenyataan, nyata.

  Kalau masih tetap ingin berandai seharusnya seharusnya seharusnya, kalau begitu HARUSNYA saya gak berakhir di lingkungan yang mengecewakan. SEHARUSNYA saya gak pernah, GAK PERNAH melewatkan masa SMA saya. SEHARUSNYA saya sekarang jadi pemain bola, bukannya buang waktu di kampus. SEHARUSNYA saya gak pernah ninggalin rumah buat merantau yang akhirnya saya tahu sia-sia. HARUSNYA saya gak pernah terlalu percaya sama orang lain kalau tahu bakalan ingkar. HARUSNYA saya ga buang waktu saya untuk ambis gara-gara nasib sialan. HARUSNYA saya gak terdampar sendiri di kota lain. HARUSNYA, HARUSNYA, SEHARUSNYA.

  Akan tetap ada dan takkan habis penyesalan, seharusnya, harusnya. Tapi, buat apa? Kalau emang Tuhan yang mau begitu, manusia hina bisa apa? Cuma ngeluh? Shame on you. Saya hadir di sini bukan ingin menggurui, bukan mau menceramahi, tapi kalau rasa-rasanya dianggap demikian, persetan. Saya hanya risi, saya tak nyaman, saya tak mau mendengar atau pun melihat kata-kata itu. Hidup kan cuma sebentar, ngapain sih ngeluh melulu. Coba pikir di luar sana banyak orang menderita karena virus, terus virusnya bajingan? Yang ciptain virus siapa? Tuhan bajingan? Jadi, buat apa mengutuk? Buat apa sih menghakimi. Gak disadari wabah ini justru menyimpan banyak hikmah dan Tuhan tuh gak bego sob, gak mungkin dia nyiptain wabah cuma iseng. Manusianya mungkin udah kurang ajar, manusianya udah bajingan, jauh lebih bajingan dari wabahnya.

  Bersyukur punya rumah, disuruh social distancing bisa di rumah. Coba orang yang gak punya rumah, mau #dirumahaja di mana? Boro-boro ngeluh pengen jalan-jalan, buat makan gak ada virus aja susahnya minta ampun. Masih malu gak sih ngeluh, mengutuk wabah. Saya jelas malu, malu. Yang bisa di rumah coba pikirin orang yang merantau dan terlanjur gak bisa pulang ke rumahnya. Masih mau gabut di rumah? Masih gak bersyukur gimana Corona ngasih kesempatan buat quality time di rumah, buat kumpul sama keluarga, buat makan masakan ibu di rumah. Bayangin coy yang ngerantaunya jauh, udah beda pulau, mau bagaimana?

  Saya gak tahu lah mau bagaimana lagi, cuma ingin mengutarakan kejujuran. Kebenaran, kejujuran rasanya pahit itu wajar, yang sulit saat mencoba membuatnya terasa seakan selalu dan hanya manis. Ngeliat banyak yang aduh, gak ada rasa syukurnya sama sekali. Terlalu melihat sesuatu dari sisi negatifnya aja, terlalu melihat objek dari satu sudut pandang. Makin ke bawah bahasa makin ga baku, udah awur-awuran, maaf, terbawa hasrat. Pakai hati, pakai otak, jangan terlalu mengandalkan salah satu. Pokoknya terserah, mau apa. Stay healthy, stay safe. Dan jangan lupa, bersyukur. Rasa malunya diperhatikan dan dijaga,

Terima kasih.