Motivasi menulis timbul semenjak aku menemukan cover lagu Mercusuar oleh Adha Buyung: https://www.youtube.com/watch?v=Maz2ISH4cyg, salah satu artis Youtube yang belakangan berbagai cover-nya mulai kusukai, terlebih ia meng-cover lagu ciptaan musisi yang kusukai juga. Memang lagu ini begitu merasuk dalam sukmaku sejak lama, namun deskripsi dalam video yang diunggah Adha menyadarkan aku akan makna lagu ini yang sangat indah. Kira-kira Adha bilang lagu Mercusuar adalah lagu yang paling tepat untuk menutup deretan songlist cinta yang kelam, mulai dari Buka Buka Buka, Ekspektasi, Amatiran, dan Terlalu Lama Sendiri yang semuanya menggambarkan kegagalan, kekelaman, patah hati, dan amarah sebab cinta. Mercusuar tercipta seakan menjadi jawaban, penenang, pereda, yang mengakhiri kisah itu semua dengan "tempat berlabuh", perhentian. (Aku kutip dari deskripsi Adha Buyung, untuk aslinya bisa dilihat di link yang ada di atas). Jika dipikir-pikir isi lagu ini tak menggambarkan kesedihan, justru menggambarkan kegembiraan karena sudah menemukan tempat untuk berlabuh. Namun, sepertinya ada saja orang yang tertipu atau mungkin sepertiku yang menganggap lagu ini tetap suram karena alunan nada dan suasana yang terbangun saat mendengarkan lagu Mercusuar.
Sejak awal, aku selalu menganggap lagu Mercusuar sebagai teman dari lagu-lagu sebelumnya, yang memosisikan bagaimana pesimisnya pandangan soal cinta. Membenci pengharapan dan ekspektasi. Tak ingin punya proyeksi bagaimanakah sosok dambaan, lebih ingin hidup tanpa harusnya bermimpi dalam runyam. "Dari yang sudah-sudah, cinta hanyalah bualan." Merupakan bait pertama dan sampai saat ini menjadi kata kunciku, kalimat favorit yang menggambarkan lagu ini bagiku. Memang pada yang sebenarnya kalimat itu adalah berupa pernyataan yang akan dipatahkan di akhir lagu, namun aku amat terobsesi, selalu terngiang-ngiang dalam batok kepala. Sebut saja aku menyukai Mercusuar hanya karena bait pertama. Sesederhana itu, seperti aku tak butuh kejelasan bait selanjutnya selama cinta yang hanya bualan itu akan tetap bergema dalam Mercusuar. Itu adalah pengandaian sebagai gambaran betapa terpusatnya pikiranku terhadap bait itu.
Seperti sudah tak percaya lagi, sudah "kapok", menganggap cinta sampai kapan pun hanyalah bualan seperti yang sudah-sudah. Bagaimana bisa aku lanjut ke dalam bait selanjutnya sedangkan aku terhenti dalam bait pertama. Setelah membaca deskripksi Adha tentang makna lagu ini secara lebih kompleks, rasa-rasanya tak mengurangi ketidakpercayaanku tentang rumah yang disebutkan dalam bait terakhir. Semakin mustahil terasa dan semakin menjadi bualan seperti yang sudah-sudah. Bagiku akhir dalam kehidupan ini adalah pada ajal, bukan pada bagaimana pada akhirnya bisa menemukan "the one". Karena hidup akan terus berlanjut walau sudah menemukan misalnya yang tepat. Hidup belum akan berlabuh, hidup akan tetap terombang-ambing dalam lautan ganas. Hidup ini pengembaraan tanpa akhir, dan kehidupan nyata tak pernah seindah dalam dongeng, film, lirik lagu, juga dalam lirik Mercusuar. Tampaknya masih terlalu bias, masih terlalu mengada-ada tentang Mercusuar yang sudah menampakkan cahayanya ke laut lepas, padahal laut begitu gelap dan hidupku sepertinya masih belum akan berlabuh.
Tanpa mengurangi kekagumanku terhadap karya-karya MZKUN, beginilah aku mengartikan lagu Mercusuar bagiku. Lagu ini amat berarti dan akan tetap bersama dalam waktu yang amat lama, entah selamanya. Lagu ini adalah pedoman, sebagai pengingat bahwa kenyataan tidak seindah bayangan dan harus selalu dihadapi. MZKUN adalah anugerah Tuhan yang entah karya-karyanya selalu punya diksi yang pas dan tak lekang oleh lupa. Betapa bersyukurnya diberi nikmat dapat mengenal karya-karya MZKUN yang menjadi jantung dan paru-paruku. Terlebih Mercusuar yang amat aku istimewakan, dilain aku mencintai hampir semua karya MZKUN, Mercusuar adalah yang paling. Disaat orang lain seakan mendapat jawaban dari lagu ini, aku menikmati bagaimana ketidakpastian dan bualan-bualan yang silih berganti datang. Mercusuar mengajarkanku menikmati itu semua tanpa mengeluh pada yang lain. Mercusuar mengajarkan bahwa bualan itu bukan sumber kekecewaan, namun sumber kekuatan menghadapi realita dan teguh pada pendirian. Pada dasarnya karya seni itu multitafsir kan? Kurasa tak pernah ada salahnya menikmati suatu karya agak berbeda dari orang lain.
Untuk Adha juga yang sudah menuliskan deskripsi dan meng-cover dengan sangat ciamik, menambah berat dada mendengar kekhusyukan tembang lirik yang terlempar dari alunan gitar dan pita suara. Menambah betapa Mercusuar akan tetap menjadi karya yang punya tempat spesial dalamku, mungkin juga untuk semua orang yang menikmati Mercusuar dan bersulang di atasnya. Syukur tiada bandingan dan ucapan terima kasih kepada MZKUN dan Adha yang takkan sepadan, karena telah menciptakan karya yang begitu, begitu indah, juga deskripsi serta cover Adha.
Pada akhirnya, manusia percaya bahwa bahagia itu diciptakan oleh masing-masing individu, bila aku semisal memilih menikmati Mercusuar dengan penuh pesimisme, penuh kepasrahan, ketidakyakinan, kekelaman, dengan anggapan bahwa bualan adalah kata kunci, dan harapan mesti sirna, kemustahilan. Mungkin itulah caraku mengapresiasi, caraku berbahagia.