Minggu, 01 Januari 2023

Harapan/Resolusi/Doa/Sebagainya

Kesepian adalah salah satu barang usang yang jarang orang perhatikan. Nah, mendadak jadi sesuatu yang tak asing yang selalu terlihat barangkali ada di sekitaran televisi (televisi biasanya objek yang selalu dipertontonkan, diperhatikan). Begitu berharga hingga selalu kau lap ketika debu ruangan menyelimuti tubuhnya. Kau tiup-tiup, kau semprot dengan pembersih, lama-lama kau sayang padanya.

Jika kesepian berupa seseorang, mungkin takkan pernah ada orang yang kesepian. Nyatanya tidak. Butuh seseorang untuk membunuh sepi, setidaknya. Aku penasaran apakah sepi pernah kesepian? Besar harapan seseorang agar ditemani, agar sisa hidupnya tak terasa satu abad lebih. Besar kemauan menjadikan seseorang sepi yang bisa berbicara. Besarnya harapan, besar juga resikonya; kekecewaan.

Apakah wajar membutuhkan seseorang untuk selalu menemani? Adam? Dia hanya meminta ada yang menemani, bukan? Seorang nabi bahkan barangkali kesepian. Tak mau sendiri. Kalau aku, manusia yang biasa banget, salah apakah mengharapkan hal yang sama, Tuhan? Teman adalah hidup, namun takbisa hidup bersama. Aku takmau naif. Beranjak usia. Kepala dua. Pola pikir berubah. Kemauan dan harap menjadi semakin nyata dan sederhana. 

Di luar konteks tentang seseorang yang lebih baik, bukan takdir, kematian, ketidakmampuan, ketidaksanggupan, kesempatan. Bolehkah ditemani untuk beberapa waktu, waktu yang agak lama, besar harapan selamanya. Besar harapan dikecewakan. Oleh besarnya ideologi sendiri. Proyeksi kehidupan dini. Motivasi hidup kini. Idealisme tinggi. Perihal keyakinan.

Takada hati yang takpatah. Sakit adalah sarapan yang setiap pagi mesti diteguk bulat-bulat. Diterima. Dirasakan. Dinikmati. Walau takbanyak yang bisa mengerti. Soal hati. Tetapi, baiknya tetap diri sendiri yang harus menentukan. Memilih sakit yang mana. 

Sabar dan berserah. Cuma itu yang bisa dilakukan insan-Mu, Tuhan. Besar harapan seseorang, giat usaha seseorang, semua akhirnya tergantung pada-Mu, Tuhan. Beri dia atau bukan dia, atau bukan siapa-siapa. Pada akhirnya takapa-apa, selama yang tersayang dapat berbahagia. Sudah kubilang, kan? Tinggal memilih mau sakit yang mana. 

Hari ini hari pertama di tahun yang baru. Aku tidak merayakan karena rasa-rasanya sama saja seperti malam-malam biasa. Sama-sama ngantuk dan makan makanan. Tetapi, bila boleh, doaku diberi kesabaran tingkat dewa. Dewa yang mana saja. Diberi ketahanan dalam menghadapi semua, terutama harapan besar yang harus dijaga tidak terlalu besar lalu meledak layaknya mercon petasan yang ditertawakan. Aku sepertinya takkan pernah menertawakan hal itu. Soalnya, itu terserahnya dan Kau, Tuhan. Hanya Kau dan dia yang tahu. Hanya Kau yang bisa membisikinya, hanya dia yang mengadu kepada Kau. Aku bersedia menunggu. Di bawah kesabaran dan ketahanan yang semoga Kau terus wariskan padaku.

Maaf banyak meminta, Tuhan. Tetapi, bukankah itu tugasku? Dari semua doa dan harapan (besar)ku, ada satu lagi. Agak berat dan neko-neko. Doaku: semoga masih ada 15365 tahun baru lainnya bersama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar