Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Hidup ini rangkaian puzzle, semuanya merangkai satu demi satu hingga kamu jadi seperti ini. Hanya sayangnya beberapa potongan itu ada saja yang hilang, atau terlupakan. Sebenarnya ia tak hilang, hanya saja perlu sedikit menyusun kembali untuk sekali lagi memutar kenangan-kenangan yang mulai lenyap dimakan "kedewasaan" dan waktu. Potongan-potongan itu tak bersembunyi. Kamu hanya lupa meletakkannya disuatu tempat. Ia tersedu sepi dan selalu menunggu agar ditemukan, agar kenangan (yang terlupakan) dapat sekali lagi diputar. Hanya untuk sekedar diingat dan tak jarang membuatmu sedih, bahwa masa itu tak pernah kembali. Dan dibalik kesenangan beranjak dewasa, terdapat secuil kekecewaan mengapa masa-masa itu, masa-masa kecil terlalu cepat berlalu. Ada orang yang bilang "saya gak mau jadi dewasa, jadi dewasa itu gak enak". Enak tidak enak, suka tak suka kita sudah dipastikan akan melewati masa itu. Dimana kita harus benar-benar meninggalkan jiwa kanak-kanak kita untuk menyambut kehidupan sebagai makhluk individu. Memang, menjadi dewasa adalah pilihan. Tapi waktulah yang memaksa kita seakan-akan pada akhirnya tak punya pilihan, selain meninggalkan warna-warni masa kecil.
Kenangan itu seperti lagu yang sudah lama tak diputar. Begitu sekali terdengar gendang telinga, otak seperti sekejap berjalan mundur terus kebelakang sampai pada titik terjauh ingatan. Dan yang lebih menyedihkan, kenangan itu tak datang dalam versi lengkap. Hanya gambaran sekilas dari apa yang seharusnya otak ingat. Tapi ada untungnya juga, andai saja otak ini mampu mengingat semuanya secara detail. Percayalah, takkan bergerak kamu ke hari esok dan 'stuck' dalam kenangan akan mimpi jadi kanak-kanak selamanya. Bermimpi pada masa tak pernah lelah berlari walaupun yang dikejar hanya panas terik. Memang menyenangkan, tapi harus berakhir segera.
Berbesar hatilah, biarkan kesenanganmu dulu sekarang dirasakan oleh anak-anak yang sedang dalam permainannya. Biarkan kebahagiaanmu mereka yang tafsirkan. Karena secara tak sadar teman sepermainanmu juga sudah beranjak dewasa. Mungkin saja mereka ingat saat dulu bermain bersama, tapi mereka pasti punya rasa senang dan rasa kecewa yang sama dengan kita. Hanya bisa tertawa dikala anak-anak kecil itu sedang bermain bola plastik dengan baju lusuh dan badan kurus kerempeng tertawa padahal tim mereka yang kalah. Persis kami dahulu, yang rindu perdebatan singkat sebelum sang pemilik bola pulang atau azan magrib berkumandang menandakan pulang. Atau saat main petak umpet, ada yang tak kunjung ditemukan, padahal ia pulang. Atau saat malam bulan Ramadhan kamu memilih bermain sarung dibanding solat tarawih (atau sebenarnya solat dulu baru main) dan sekarang rasa-rasanya tidak bisa lagi seperti itu. Dan walaupun ingin, rekan kita seumuran takkan ada lagi yang bersedia.
Dan orang-orang yang hadir pada masa kecil, kemana mereka semua? sehatkah? rindu itu kadang bisa aneh juga. Kadang kehadiran sosok yang menghiasi masa kecil kita kerap dilupakan. Padahal kehadiran mereka (mungkin) punya andil dalam mempengaruhi kepribadian dan pola pikir kita kelak ketika dewasa. Kemana gerangan mereka semua? apakah mereka bangga melihat saya sekarang? Seumpama, pelatih saya semenjak kecil sudah banyak sekali mengingat saya bermain bola sejak masih belia. Apakah mereka bangga melihat saya sekarang? Apakah mereka masih mengingat saya? Apakah mereka sehat dimanapun itu? Atau mungkin saja, apakah mereka masih hidup? Kadang kerinduan itu menjadi sangat aneh dan canggung kepada orang lama yang dulu ada di hari dan hidup kita. Tanpa memandang dendam atau sejahat apakah mereka dulu, tetap saja rindu tak mengenal tingkah. Bahkan mungkin, kesalahan atau kejahatan merekalah yang membentuk kita lahir menjadi orang yang lebih kuat bahkan tak tertandingi kelak. Walaupun dari segi ajaran mereka berbeda bidang (sepakbola misalnya) tapi yang saya tahu, semua ilmu dalam bentuk apapun, jika benar penyampaiannya, itu adalah pelajaran hidup juga. Jadi jangan pernah memandang remeh orang lain. mungkin sekarang kamu tak rasakan, tapi nanti beberapa tahun kelak. Ketika kamu sudah berada di fase harus benar-benar meninggalkan masa kanak-kanak dan mulai bertarung dengan kehidupan "orang dewasa".
Saya bukanlah sosok orang dewasa. Saya hanyalah seorang remaja tanggung yang tak bisa lagi kembali ke gemerlapnya masa kanak-kanak. Hanya tinggal menunggu waktu untuk menghadapi hidup sebenarnya. Tak ada kata kembali atau lari dari apa yang seharusnya akan dihadapi. Hanya mempersiapkan kepada apa-apa yang tidak ada dalam diri seorang anak kecil. Cinta misalnya. Cinta menurut pandangan mereka adalah waktu senja. Karena itulah saat berbahagia mereka bermain bersama teman-teman. Kini saya masih mencintai senja, tapi dengan sedikit konteks yang lebih berbeda. Senja; ketenangan, kedamaian, tempat menuangkan segelas cerita. Cinta menurut anak kecil yaitu kepada bola dekilnya, pada kelereng-kelerengnya, pada sepeda hiasnya. Tapi kita takkan mengenal cinta tanpa bertumbuh dewasa. Jadi jangan juga memandang dewasa itu sebagai kemungkaran. Semakin dewasa kita akan lebih memaknai tentang cinta, dan pada akhirnya memang cinta itu sangat luas. Tapi setidaknya perasaan kepada "kaum hawa" akan mulai timbul, ya seiring beranjak dewasa.
Menjadi dewasa memang terkenal dengan masalah dan kerumitannya. Tapi jangan takut! kita umat manusia memang dilahirkan berkenalan dengan masalah. Hanya saja tingkat dan jenisnya berbeda dengan masalah anak kecil. Lagipula seakan kita sudah terlatih menghadapi masalah sejak kecil, jadi tak perlu terlalu khawatir. Biar semesta bekerja sesuai tugas yang sudah diberikan. Dan semoga anak-anak saat ini masih bisa merasakan bermain dalam hangatnya senja dan tawa antarteman. Jangan sampai teknologi mematikan kesenangan alamiah mereka. Karena yang seperti itu, sampai tua pun gak akan bisa dibeli, gak ada harganya sob. Karena sampai tua dan menuju liang lahatpun kenangan itu pasti akan selalu mengesankan.
Yaitu anak kecil yang bermimpi besar.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar