melakukan usaha lebih keras untuk menyakiti orang
lain daripada menolong diri sendiri.
Aku ingin pulang ke dapur ibuku, melihatnya
sepanjang hari tidak bicara. Aku ingin menghirup
seluruh kebahagiaannya---yang menebal jadi aroma
yang selalu membuat anak kecil dalam diriku
kelaparan.
Aku ingin hidup dan diam bersama ibuku. Aku akan
menyaksikan ia memetik sayur di kebun kecilnya di
halaman belakang untuk makan malam yang lengang.
Aku ingin membiarkannya tersenyum menatapku
makan tanpa bernapas.
Aku ingin melihat ibuku tetap muda dan mudah
tersenyum. Aku ingin menyimak seluruh kata
yang tidak ia ucapkan. Aku ingin hari-harinya sibuk
menebak siapa yang membuatku tiba-tiba suka
bernyanyi di kamar mandi.
-M. Aan Mansyur (Melihat Api Bekerja, Hal. 105)
***
Ibu, barangkali hanya seuntai kata yang menjadi hadiah di hari jadimu tahun ini. Tak seberapa mungkin, tapi kata-kata tak pernah binasa. Jadi, berbahagialah dalam kebahagiaanmu. Karena bahagiamu adalah bahagiaku, wajahmu adalah wajahku, senyummu juga senyumku. Bila saat ini diriku belum bisa membuat Ibunda bangga, bersabarlah. Merantau salah satu usahaku untuk bertarung melawan realita dunia. Hanya sajak yang kupunya, hanya kata yang setia, hanya aksara yang menuntun jalan, hanya kesederhanaan yang akhirnya bermakna. Hanya cinta yang selalu membuka asa, ditengah harapan yang hampir binasa. Tapi setiap mengingat engkau menunggu cemas di rumah, tekadku kembali membulat. Dan sebanyak apapun ucapan terima kasihku takkan pernah bisa melunasi hutangku padamu, takkan pernah bisa. Tapi, terima kasih ibu. Selamat berulang tahun ibunda, wanita yang sampai sekarang masih cantik. Semoga kelak jika saatnya tiba, kekasihku bisa secantik dirimu. Secantik sifat dan kepribadianmu. Jika bisa meminta satu permintaan, aku ingin puisi di atas terwujud. "Aku ingin melihat bunda tetap muda dan mudah tersenyum".
Bandung, 9 Januari 2019
-Uyyi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar