Perihal ini kusampaikan hanya padamu
seorang. Tapi maaf, kini semua insan yang
bermata bisa menerkanya. Biarlah, tekan
saja sukmamu sedikit kali ini.
Perihal yang penting bagiku adalah ingin
menyaksikanmu terpampang di depan
ragaku. Tak lama lagi, bersua sudah menjadi
hal yang ingin menjadi suara. Tapi kamu,
senjaku yang tak pernah mengetuk pintu,
semua resahku kuserahkan padamu. Semua
niat baik memilikimu kuserahkan seluruhnya
padamu.
Bukan tak mungkin, hati bisa berubah di lain
hari, pikiran bisa terpengaruh esok-esok lagi.
Tapi, bagiku selamanya adalah saat
menatap sendu matamu. Yang senyap dan
ramai dalam waktu yang bersamaan. Yang
menolak terpejam bahkan kantuk sudah
menilik dari jauh waktu.
Tidak ada terlalu pagi untuk bangun, tidak
ada terlalu malam untuk tertidur. Jadi,
kapan aku bisa dengar suaramu? Barangkali
duduk perkaranya lebih rumit dari hanya
sekedar daging yang siap matang.
Menilik dari hasil kerja selama ini, juga doa
yang kuisi penuh semalam, nampaknya hari-
hari sepi tak akan lagi sudi mampir.
Tertanda, kepada yang dituju namun
dibiaskan realita.
Bandung, 15 Agustus 2019.
-Uyyi
💯💯:')
BalasHapus