Jumat, 15 Desember 2017

No Title

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

  Selamat malam.

  Jika yang pertama kali terlintas dipikiran kalian setelah ini, jika itu kenapa atau mengapa. Gua akan jawab itu gak ada jawabannya. Gak perlu jawaban di post kali ini. 'Kenapa' yang dimaksud mengacu pada judul kali ini. Dan gua pikir ga perlu diperdebatkan. Karena gua pikir akan bercerita tanpa mesti berpikir lebih memikirkan judul yang tepat. Judul memang wajib pada setiap cerita. Anggap saja judul hanya sampul buku yang harus dipasang pada setiap buku tulis sekolah. Suka enggak suka harus dipasang. Jadi gini, gua udah berpikir beberapa hari kalau tulisan gua akhir-akhir ini emang terkesan galau, sedih ataupun bertema yang mirip dengan itu. Gua ingin mencoba seperti dulu untuk menuliskan kejadian seru, menyenangkan, kocak dalam hidup gua. Walau jujur, emang kesedihan itu kewajiban atas semua manusia. Sama seperti kecewa. Semua manusia di muka bumi ini emang terlahir untuk kecewa. Gak percaya? coba aja teliti sendiri. Gak ada satupun orang yang gak pernah kecewa dan mungkin aja ngecewain orang lain. Dengan membahas 'kecewa' aja gua udah secara ga langsung curhat lagi. Yaudah, gua juga bingung mulai dari mana.

  Gua mau ngomongin soal cewek. Berhubung gua normal, maka yang gua udah jarang tulis tentang 'cewe'. hmm.. oke, cewe di sekolah gua sekarang ini, di SMAN Olahraga Riau, jauh dari yang gue pikir dulu. Yang cakep ada sih. Ya cuma gimana ya? mau deketin takut di smash ama anak voli. Mau deketin terus gajadi dikira php ntar di gebukin anak silat. Mau pho-in tapi ntar di banting pake dayung (cowonya anak judo, cewenya anak dayung). Jadi dengan resiko-resiko di atas gua memutuskan, gua gausah ngapa-ngapain dah. Daripada badan remuk jadi bubur sumsum mending cari aman. Dan badan gua aja ama cewe-cewe di sekolahan gua aja keker-an cewenya. Ya lu tau sih gimana. Masalah latihan si normal-normal aja. Paling ya jengkel aja sama pelatih yang suka ngomel-ngomel gajelas. Teriak-teriak ampe berbusa, urat udah keluar semua di leher, ngomong muncrat ampe lapangan mendadak becek. Ya pokoknya masih bisa lah, walaupun yaa agak gedeg. Tapi it's ok, demi cita-cita semenjak orok. Tapi gua juga mau ngomongin soal keadilan. Di dunia ini gak ada namanya keadilan. Yang ada hanya nasib baik, nasib buruk. Keadilan? Bullshit. Karena pada dasarnya yang namanya manusia gak akan pernah bisa adil. Hanya Tuhan aja yang bisa adil. Yang bisa bedain itu hanya mana yang lebih sabar, mana yang dibela. Betul juga kata Patrick Star, "dunia itu emang ga adil, maka biasakan dirimu". Jadi kalo di suatu tempat ada orang yang lebih di elu-elukan dan disisi lain ada orang lain yang kena dampaknya karena orang itu tidak suka atau bentuk ketidakadilan dan kesetaraan, gua setuju itu. Seperti di sekolah ada anak pintar, ada anak bodoh. Yang pintar itu di elu-elukan, sedangkan yang bodoh dianggap tidak berguna bahkan tidak diperdulikan. Ada pula yang menjadi pelampiasan kemarahan yang konyol karena gamungkin 'anak emas' yang disalahkan. Semua itu memang benar adanya. Dan istilah 'anak emas', walau banyak orang bilang, "anak emas itu gaada, semua sama". Cuih, jijik gua dengan omong kosong itu. Di kehidupan nyata sayangnya ungkapan itu benar-benar ada, sangat nyata. Tapi kenapa gua tau? gua yang alamin sob. Semua kebohongan dan omong kosong yang mencoba meracuni akal sehat kita. Dan satu lagi, sebenernya yang dibutuhkan oleh para pecundang itu ga muluk-muluk. Mereka hanya butuh kesempatan.

  Gua juga agak males ngapa-ngapain karena rencana pulang gua gatot, gagal total. Yaa juga ini semua demi temen-temen gua. Karena banyak yang gak pulang dan memang ga diizinkan. Makanya sejak dari dulu gua membenci yang disebut 'orang dewasa'. Bukan orangtua, tapi orang-orang yang berada diatas yang memerintah dengan keserakahannya. Walau ada hikmah yaitu melatih kesabaran. Dan gua percaya, kesabaran gak ada batasnya, manusia yang membatasinya. Tapi memang itulah takdir, memang sudah seharusnya yang berkuasa berlaku sebebasnya. Dan karena itu gua juga percaya, kalo emang udah takdir juga kalo gua benci sama mereka, udah seharusnya begitu. Yaudahlahya gua akan menghabiskan waktu gua disini dengan hal-hal yang gua suka. Seperti main bola tentunya, menulis, baca novel, baca puisi, bikin puisi. Oh iya, mungkin nanti kedepannya gua akan nge-post puisi gua lagi, udah lama juga kan siapatau kalian kangen, tapi gua rasa si engga. Ya gue juga kepingin nonton bioskop tapi ya keluar cuma sebulan sekali, ya paling ujung-ujungnya iFlix kalo ga streaming One Piece. Soal kesedihan si gabakal bisa lepas dari gua, dari semua orang yang punya hati gua rasa. Kesedihan itu kebutuhan. Kenapa gitu? kalo gaada sedih kita gabakal tau rasanya bahagia. Kalo gaada sedih kita pasti lupa sama Agama (kebanyakan kan tobatnya pas lagi sedih) Tapi Insha Allah kalo keimanan harus terus menempel walau sedih atau dalam keadaan senang. Kalo gak ada sedih, khususnya gue, gabakal bisa nulis blog, gabakal bisa bikin puisi. Karena sering kertas dan pena jadi media gua menceritakan kesedihan, keyboard ama layar jugasi. Ya walaupun ga pas sedih doang, tapi pasti lebih bisa merasuk ke jiwa.

  Gua sih berharap saat-saat seperti ini bisa terus terjadi. Dimana hanya ada gua, bangku, keyboard dan layar. Sunyi, sepi, hening dalam menciptakan suatu karya yang sederhana. Enak aja gitu kondusif, bisa lebih bagus tulisannya, mood juga bagus. Coba pas nulis ada temen-temen yang lagi liat galeri komputer atau lagi main pes, kan rusuh. Digangguin, diledekin, konsentrasi buyar, kerja ga maksimal, hasil ga memuaskan, asal jadi langsung post ae. Yaa juga sebelumnya maklum si anak mes kan, mau nulis blog aja mesti ke ruang kantor dulu. Laptop kaga ada, kalo punya juga udah ilang atau rusak sama bocah-bocah mes. Tapi faktor itu juga ga mengurangi semangat gua untuk menulis. Karena ini sebagai lampiasan dan cerita gua dari kehidupan aslinya. Dan kadang gua juga cerita ke temen gua yang ceneh. Gausah disebutin juga, kalo dia baca juga ngerasa, tapi emang gitu, ganjen, centil, alay. Gak kaya anak mes disini. Yaiyalah cowo semua disini gila. Kalo ada yang ceneh gitu udah keburu digebukkin dikira homo. Ya semoga besok sekolah tutup dengan sendirinya, biar molor lebih produktif dan kondusif. Gakerasa diluar udah ujan aja, udah malem lagi. Ohiya sebelum ditutup, gua mau titip salam. Kepada cewe yang sedingin embun, dia tak lenyap oleh matahari. Dan  hari itu hari rabu, pas pertama kali. Gua rindu, rindu semuanya, senyum. Gua yakin seseorang akan paham ini. Semoga angin membawa pesan gua kepadanya. Tapi kalo ga yagapapa si, yang penting selimut gua kaga ilang lagi.

 Maacih,

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Rabu, 22 November 2017

Nenekku, Nenek Kami, Orangtua Kami Tercinta

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

  Untuk Menghormati Alm. Hj. Aah Janiah, izinkan pada post kali ini aku menggunakan kalimat dan kata-kata yang sopan dan baku.

  Rabu, 22 Desember 2017. Salam hangat dari Pekanbaru malam ini, sedikit sendu.
Satu tahun tak berasa berlalu. Ya, terakhir kali aku menulis tentang hal seperti ini, persis setahun yang lalu. Tapi dengan kondisi yang jauh berbeda. Semua kesibukan kulepas demi sekedar menulis hari ini, dan benar-benar harus menulis. Tugas negara, atau lebih penting. Tak kubiarkan melewati momen sebesar ini dalam hidupku dan bisa jadi hidup keluarga besarku. Tulisan ini kupersembahkan bukan lain hanya teruntuk Almarhum nenekku tercinta. Yang semoga sekarang sudah berada di tempat yang paling mulia di sisi Allah. Sekedar untuk bernostalgia dan merasakan kehadirannya sejenak di ruangan yang sepi dan tidak terlalu besar ini. Berusaha mengingat kembali semua nasihat dan tuntunan yang sudah beliau tanamkan di otak kecil yang kubawa kemana-mana, nasihat itu lebih dari sekedar berharga. Dan mungkin barangkali berusaha tidak melupakan ciri khas Almarhum, yaitu saat beliau tertawa. Ini bukan lelucon, tapi semua orang yang kenal padanya tahu bagaimana saat beliau tertawa. Gak akan mungkin terhapus di memori, memori kita semua sebagai keluarganya, dan mungkin teman dan kerabatnya. Sungguh, itulah momen yang paling aku ingin berada disana lagi. Dimana semua anak dan cucunya berlomba-lomba sampai terkadang berbuat konyol hanya untuk sesekali mendengar beliau tertawa. Ya, hanya untuk beliau tertawa bahagia, kami pun tak kuasa mendengarnya. Itulah ciri khasnya, sangat berharga.

  Sebenarnya jujur aku tak tahu apa yang mesti aku tulis. Karena rasanya seperti sudah lama sekali beliau pergi, dan semenjak aku pindah ke Pekanbaru. Padahal baru saja setahun, dan aku 5 bulan. Hanya saja aku jadi teringat saat detik-detik aku pindah kesini. Sebelum mengikuti seleksi kedua TigaNaga FA yang akan menentukan aku akan pindah ke Riau atau tidak, sebelumnya aku meminta do'a restu kepada Almarhum Mimi (Mimi adalah panggilan kami sekeluarga untuk memanggil beliau, panggilan kesayangan dari cucunya). Aku berziarah atas amanat ayahku untuk mengecek kondisi makamnya. Tapi aku tak hanya memeriksanya. Aku memanfaatkannya untuk meminta do'a restu kepadanya. Aku juga berjanji padanya agar bisa menjadi Pemain Sepakbola Profesional jika Allah mengizinkan, Insha Allah. Karena dulu saat beliau masih hidup, beliau adalah nenek-nenek yang suka nonton pertandingan sepakbola. Klub favoritnya Persib, karena beliau orang sunda dan itu sudah nalurinya. Dan mungkin jika aku tak salah ia bilang ingin melihatku bermain di televisi sebagai pemain bola (Persib) dan beliau dengan semangat akan menontonku di sofa rumah yang hangat. Bagaimana tidak, beliau selalu heboh saat Persib sedang berlaga dan sangat senang jika menang dan agak sedikit kecewa jika kalah. Mungkin itu adalah salah satu motivasiku untuk kelak bisa membela tim Persib Bandung.

  Dan beliau juga selalu mendo'akan aku. Memang beliau tidak pernah bilang padaku, tapi aku merasakannya. Saat aku ujian, saat aku mendapat masalah, dan saat aku berlaga di lapangan hijau. Do'anya bagai do'a ibu yang memberi kekuatan tersendiri. Akupun sudah cerita sebelumnya jika beliau selalu mendo'akanku. Dan aku masih yakin. Walaupun kini jasad beliau sudah tertidur, dan arwahnya sudah berbeda alam, beliau masih mendo'akanku. Aku merasakannya. Itu mungkin menjadi faktor aku bisa sampai sini, sejauh ini. Berkat do'a beliau, doa yang tulus dan murni. Seperti ulat yang berubah jadi kupu-kupu, kita harus bisa berubah. Sedih boleh, berduka sah-sah saja, menangis manusiawi. Tapi itu semua tak menyelesaikan masalah. Aku pun tahu, beliau tidak ingin kita terus bersedih. Karena sejatinya tak ada orangtua yang sudi melihat anak atau cucunya menangis atau sedih. Jika beliau masih hidup, mungkin beliau akan bekerja keras membuat kami semua berhenti menangis dan kembali ceria seperti sediakala. Tapi bila kita terus bersedih sekarang, hanya membuat hati beliau teriris, membuat beliau menangis, membuat beliau tersiksa. Maka, berilah penghormatan dengan penuh kelapangan dan senyum tulus. Untuk para orangtua ajarkan kepada anaknya untuk ikhlas karena pada hakikatnya semua milik Allah dan bisa diambil kapanpun. Ajarkan menghadapinya dengan senyum, aku yakin beliau juga akan bahagia melihat kita tersenyum dan kuat menghadapi semua ini. Beri penghormatan dengan melanjutkan perjuangan beliau dengan cara kita masing-masing. Menandakan era baru telah tiba dimana beliau jadi contoh dan teladan baik bagi semua orang yang mengenal beliau. Dan memang benar adanya, beliau adalah sebaik-baiknya contoh. Mengajari bukan hanya dengan omongan, tapi perbuatan. Ayahku tahu itu dan aku sudah paham sekarang.

  Dengan caraku yang masih berusaha mewujudkan hal yang disebut mimpi. Jauh dari orangtua, jauh dari kampung halaman, jauh dari beliau. Tapi kenyataanya tak sejauh apa yang kalian semua pikirkan. Semua terasa dekat bagiku. Sejauh apapun kampung, sejauh apapun rumah, sejauh apapun keluarga, sejauh apapun semua sahabatku, dan sejauh apapun Alm. Nenekku yang sudah berbeda alam. Mereka semua tak sejauh itu, selama akal dan hatiku masih bekerja dengan baik, mereka takkan jauh, takkan kemana-mana. Mungkin hanya ini saja yang bisa aku persembahkan pada mendiang nenekku. Aku tahu beliau membacanya, atau beliau sudah sedang disini bersamaku, menemaniku membuat sedikit kenangan untuknya. Andai waktu berhenti berputar, atau tangan yang tak ada lelah. Mungkin takkan berhenti aku menulis untuk beliau. Tapi malam sudah larut, perjuangan masih harus dilanjutkan esok hari. Pastinya beliau selalu ada menemani, di sela-sela jantung yang terus memompa darah ke seluruh nadi. Harus ku akhiri walau tak ingin. Untuk nenekku tak terputusnya kami semua kirim do'a padamu. Tenang disana dan tunggu cucumu muncul di televisi. Kasih sayang kami yang tak terhingga. Untukmu, nenekku, nenek kami, orangtua kami. Takkan ada satupun yang sanggup menggantikanmu di hati kami, walau malaikat sekalipun.

 Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Selasa, 14 November 2017

Was Born to Lose, Not to Give Up

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

   Selamat malam dari kota Pekanbaru.

  Kalah. Satu kata yang gak disukai semua orang. Tapi ironisnya memang semua manusia dilahirkan untuk kalah/gagal. Yang membedakan adalah apakah mereka akan menyerah atau terus berjuang. Terus terang, gue udah terlalu banyak kalah. Mulai dari tersingkir dari starting eleven, tersingkir dari line-up, duduk di bench, sampai yang terburuk duduk di tribun. Banyak orang bilang pemain hebat berasal dari bench, awalnya gua percaya itu dan sampai sekarang masih tetap begitu. Tapi mereka gak tau, apa rasanya ga dikasih kesempatan sama sekali. Disini gua gak mau nyalahin siapapun, termasuk jejeran coach. Tapi satu yang kalian harus tau, itu benar-benar menyebalkan. Yang gue sesalin kenapa gak sekali aja gue di mainin, terus kalo gagal tinggal cadangin lagi atau taro aja di tribun. Tapi apa? gue gak dimainin sama sekali. Yang gue butuhin cuma kesempatan, apalagi di event Soeratin nasional kemarin.Tapi semua orang tau, kepercayaan itu mahal harganya. Disisi lain juga gue ada salahnya. Mungkin masih belum maksimal buat nunjukkin kemampuan, atau yang lebih buruk, masih dibawah kualitas rekan-rekan setim.

  Gue emang gagal, gue emang pecundang, sampah di tribun. Tapi menyerah gak ada di kamus gua. Tapi ada satu hal berharga yang gue dapet dari duduk di tribun. Yaitu keindahan. Gue sadar saat di tribun permainan sepakbola terlihat begitu cantik dan gue setuju kalo semua orang bilang sepakbola adalah olahraga terbaik. Semua genre film ada di sepakbola. Mulai dari aksi, deg-degan, terharu, emosi, main kasar, cetak gol, dan lain-lain. Gua sadar pemandangan seperti itu gak bakal gua dapetin kalo gue ada di lapangan, akan jauh berbeda. Tapi sayangnya gue bercita-cita jadi aktornya, bukan penonton. Jadi gue lebih suka berada di dalam lapangan pada suatu pertandingan. Walaupun gue mulai tahu bahwa tribun banyak kasih gua pelajaran.

  Gua udah terlalu banyak kalah. Apalagi dengan makin tersitanya waktu gua buat sekedar cerita sama kalian para reader. Gue bener-bener kalah. Tapi mau gimana lagi? keadaan itu gak bakal sama terus, hidup ga monoton, terus berputar. Dengan mungkin gue jarang menulis dan menjadikan saat gue menulis itu sesuatu yang sangat dianantikan, dan itu benar adanya. Dibalik semua kekalahan gua, ternyata gua juga menangin banyak hal. Yang dimana gua udah bisa adaptasi dengan tinggal di Pekanbaru. Walaupun kangen rumah ga pernah bisa gua lupain (itu juga kekalahan gua) dan gua mau gua tetep kalah soal rumah. Gue juga udah merasa punya mental yang lebih baik. Dimana event Soeratin nasional di Jogja bulan Oktober kemarin udah ngasih gua banyak pelajaran, banyak banget. Salah satunya yaitu kesabaran dan keikhlasan. Gue juga bersyukur gue terus kalah, biar gue tahu bahwa kedepannya gue gak boleh sampai kalah lagi. Gak ada lagi kalah, yang ada berusaha. Musuh bukan dari lain tempat, tapi rekan-rekan sendiri. Hanya harus bisa selevel dan melampaui para rekan. Tapi kata "hanya" itu berarti bukan pekerjaan mudah. Bukan melawan orang lain, tapi melawan diri sendiri. Melawan sisi negatif yang ada di diri sendiri.

  Kalo bukan diri sendiri, siapa lagi yang akan percaya? itu prinsip yang selalu gua pegang. Disaat semua orang gak percaya sama lu, tinggal ada diri sendiri dan harus yakin bisa. Karena Tuhan itu ga merem sob, gak tidur. Beliau tau mana yang berusaha, mana yang berjuang, mana yang tulus dan jujur. Gue gak bisa mastiin dan janji kalo gue gabakal kalah lagi. Gue bahkan udah siap dalam segala kemungkinan yang bisa membuat gua jatuh tersungkur. Tapi gue selalu berkata di hati dan otak gue, "gue gak boleh kalah, gue gak bisa kalah, gaada lagi kata kalah". Sekedar pemantik api yang ada di jiwa gue untuk terus berjuang dan bisa menang. Dan lu semua juga harus tau, gua itu dari kecil gak bisa dan gak suka yang namanya kalah. Dalam hal apapun, bisa di pelajaran, di bola, bahkan permainan yang kecil dan bisa dibilang ga penting. Karena gue gak suka kalah. Gue juga sadar gabisa selamanya kita menang. Tapi juga gaada salahnya berusaha untuk menang. Dan pada akhirnya gua mau berterima kasih pada kalian. Yang udah bersedia baca semua keluhan dan tekad besar gue. Mulai detik ini perjuangan bakal makin berat. Dan maaf kalo waktu menulis gue agak tersita, tapi tetep bakal gue usahain. Dengan berakhirnya cerita kali ini, gue mau bersyukur. Karena ini juga termasuk kemenangan gue, kemenangan besar.

Maacih,

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Kamis, 21 September 2017

Seperti Terlahir Kembali

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

  Pekanbaru, 21 September 2017.

  Bersama pagi hari dingin yang menyelimuti Kota Pekanbaru dan bayang-bayang kemacetan jauh dari pelupuk mata ini. Ya, gua disini, udah sejauh ini. Terperangkap disini bersama 29 anak lainnya. Yang berusaha lari dari hangatnya dekapan orangtua. Kalau kalian pikir gua udah mati suri, maka kalian benar. Gua emang udah mati suri dalam konotasi "menulis". Ga berasa udah berapa bulan sejak terakhir gua nulis blog ini. Dan sekarang seperti mumi yang baru bangkit dari kuburnya, gua nulis lagi. Banyak faktor kenapa baru sekarang lagi gue nulis lagi. Mulai dari padatnya jadwal latihan, sekolah yang ribet, sampai kadang pikiran gua yang kacau karena maklum, jauh dari rumah, rumah yang sebenarnya. Banyak hal yang gua sebenernya mau bagi ke kalian. Tapi ga mungkin muat di satu cerita ini. Mungkin butuh satu buah kapal untuk menampung semua rasa dan emosi yang gua pengen bagi ke kalian para reader setia gua. Tapi gue males juga nulis detailnya, hehe. Gua sih sekarang mau lebih bersyukur aja karena udah bisa ngelakuin kebiasaan yang selama ini gua lakukan. Ya, menulis. Bisa dibilang menulis juga bagian dari hidup gua, selain sepakbola pastinya. Gua sangat bersyukur bisa buka blog ini lagi, yang juga membuka ingatan gua tentang kenangan lampau dan juga RUMAH. 

  Gua mungkin akan mulai menceritakan kenapa gua bisa sampai terdampar disini. Gua disini sejak sekitar 3 bulan lalu. Ya, gua pindah ke Pekanbaru tidak lain dan tidak bukan untuk mengejar mimpi gue sejak orok. Yaitu jadi Pemain Sepakbola Profesional. Selain itu berhubung gue dapet beasiswa full di akademi sepakbola "Tiga Naga FA" gua pikir bisa membantu orangtua sedikit, dengan udah bisa mandiri dan pergi merantau mengejar serpihan mimpi yang perlahan terungkap. Kalo ditanya enak apa enggaknya? ya ada enak ada engganya. Setiap tindakan pasti ada baik dan buruknya. Oke dari yang gaenaknya dulu. Satu, jauh dari orangtua, jauh dari rumah, jauh dari kampung halaman, jauh dari teman dan sahabat, jauh dari pacar (yang ini sih khusus yang punya doi aja). Dan sedihnya selama 5 bulan gue nulis mungkin kalian pikir gue pacaran, kalian salah besar. Gue masih jombs, dan gue santai aja. lanjut, kedua, gaenaknya kalo ada masalah apa-apa ga bisa langsung ngadu, dan walaupun ngadu ke ortu butuh proses lewat telpon. Jadi kami atau khususnya gue dituntut bisa menyelesaikan masalah sendiri dan sebisa mungkin gamau juga bikin orangtua khawatir. ketiga, gabisa seenak atau sebebas dulu di kota asal. Inget, disini tempat rantau, budaya jelas berbeda. Jadi harus pinter bergaul dan jaga sikap. Dan selanjutya, enaknya. Satu, dapet tantangan hidup baru, dapet temen baru yang dari macem-macem daerah di negeri ini, dapet lingkungan baru yang jelas berbeda dari kota asal. Dua, karena disini kita punya satu tujuan, punya satu visi, gue jadi ngerasa ini emang tempat yang tepat untuk gue, atau emang mungkin gua ditakdirkan disini. Ketiga, gue disini bisa fokus karir dan udah dapet pelatih yang memang seharusnya yang mendukung gue jadi pemain sepakbola kelak. Walaupun jadwal latihan padat, omelan pelatih, latihan fisik menyiksa. Tapi dibalik semua jerit siksaan itu, jujur gue masih bahagia dan senang disini. Walaupun banyak tekanan, tapi setiap bola bergelinding di kaki gue, lengkung senyum masih bisa muncul samar dari bibir gue. Ya, itulah indahnya hidup. Terkadang terdapat kebahagiaan disela siksaan dahsyat.

   Rindu rumah? itu selalu ada di nadi gue. Rindu orangtua? wajib hukumnya. Rindu teman/sahabat? kadang ajasih, eh gadeng always, hehehe. Rindu itu suatu hal yang takkan bisa terlepas dari setiap manusia, apalagi seorang anak kecil ingusan kayak gue yang merantau ke negeri orang yang orangtua gue aja mungkin belum pernah kesana. Bahkan dari awal gue pindah kesini sampai sekarang, selalu gue ingat semua hal tentang rumah setiap mau tidur. Setiap liat jalan di jendela kamar, gue jadi inget rumah. Inget betapa kosongnya jalan, ga kayak di Jakarta, muacet ga karuan. Inget gue pernah subuh-subuh Touring sama temen-temen gue ke curug yang kondisi jalannya persis yang gue liat di jendela kamar gue setiap mau tidur. Setiap mau latihan, inget pesan-pesan pelatih gue yang dulu dan juga pesan bokap agar selalu berdoa sebelum menginjak lapangan hijau. Setiap gue makan malam di asrama, gue inget gimana ibu gue yang selalu siapin makanan buat gue. Selalu ingat betapa hangatnya makanan yang di buatkan oleh ibu gue, juga sehangat pelukannnya. Gue inget keluarga dan sahabat gue saat sedang tanding di sebuah stadion, membayangkan mereka semua sedang duduk di tribun dan memberi gue support agar bisa bermain bagus. Di akhir pertandingan tim gue menang, tapi ternyata mereka gak ada disana (di tribun). Gue gak bisa lupain semua hal tentang rumah. Yang bisa gue lakukan sekarang cuma ini; inget lagi siapa yang memutuskan pindah kesini, inget lagi siapa yang bertekad membantu orangtua, inget lagi mimpi yang udah lama gue kejar. Inget udah berapa jauh jalan yang gue tempuh agar bisa kesini, inget udah berapa banyak biaya sampai gua disini, inget pengorbanan dan tangisan yang keluar sampai gue bisa sejauh ini. Maka menyerah dan pulang bukan sikap yang benar. Selesaikan yang perlu diselesaikan dan pulang ke rumah dengan kesuksesan, atau berjuang sekuat tenaga sampai tidak diperlukan dan pulang ke rumah dengan kepala tetap tegak. Intinya rumah tetap jadi tujuan utama, tapi alasan pulang yang akan membuat perbedaan.

  Seperti saat hiking gue diajarkan, "rumah tetap tujuan utama, tapi gaada salahnya ambil bonusnya (puncak)." Jadi gue disini bakal berusaha ambil puncaknya dan rumah tetep jadi tujuan utama gue. Mungkin sampe sini dulu cerita gue. Gue udah lega bisa menuangkannya dalam blog kesayangan gue yang udah sekitar 5 bulan mati suri. Dan rasanya "Seperti Terlahir Kembali". Bakal banyak lagi cerita gue setelah pindah ke Pekanbaru ini. Pokoknya pantengin terus aja. Dan kalo bisa kabarin semua teman-teman kalian yang suka baca blog juga, bahwa gue udah kembali lagi.
  
Maacih,

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Sabtu, 15 April 2017

Jangan Ditabrak!

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

  salam para reader. Ga sedikit orang yang punya kemampuan untuk berkendara, mau itu motor ataupun mobil. Tapi, ga sedikit juga yang dengan kemampuannya itu malah menimbulkan kerugian, kekacauan bagi orang yang ada disekitarnya. Hal ini yang bisa gue sebut ceroboh atau bersikap tidak semestinya saat melakukan sesuatu hal, khususnya berkendara. Mau alasan apapun kita saat melakukan hal yang bisa mencelakakan orang lain, itu sudah pasti salah, SALAH! Kedewasaan juga mungkin diukur dari situ, karena jika orang itu berpikir lebih dewasa, maka dia tidak akan membuat rugi orang lain sebagaimana dia juga tidak ingin dirugikan. Jika kalian menyadari bahwa nada dan bahasa gue seperti orang yang sedang kesel, gue jawab iya. Karena gue lagi kesel dan kecewa aja sama satu orang. Orang yang gue gak kenal, gue gak tau dari mana asalnya, gue gak tau emak bapaknya siapa, gue bener-bener gak tau, gak kenal sama sekali.Orang yang tampangnya udah kumisan dan 'dewasa' tapi gue sendiri gak yakin. Semua bermula pada sekitar empat jam yang lalu. Yaitu kira-kira jam 4 sore (gue nulis sekarang jam 8-an). Terjadi tadi sore, hari ini tanggal 15 April 2017. Terjadi dengan begitu cepat dan gue masih ga percaya kalau kejadian itu bisa nimpa gue.

  Gue hari ini disuruh ngisi tinta printer sama bokap. Hal ini sih udah rutin banget dan gue biasa aja karena memang udah biasa. Lalu gue mulai manasin motor pukul 15.50 atau sepuluh menit sebelum berangkat. Dan karena tempat ngisi tinta itu gak jauh, paling cuma 500 meter lah, deket banget pokoknya. Setelah siap gue mamacu motor dengan pelan dan santai. Keluar dari perumahan gue masuk jalan raya dan belok kiri. Dan gak lama didepan ada pertigaan organon. Gue seperti biasa ngasih sen kanan karena gue mau ke kanan (ke arah bintaro). Lalu ternyata lampu merah, gue lantas ngerem dan memberhentikan motor di depan barisan mobil dan menunggu lampu hijau memberikan sinyalnya. Setelah sekitar kurang lebih 7 detik gue hening, tengah menunggu lampu hijau. Tiba-tiba dari belakang ada suara, DUUGGG!!! gue kehilangan keseimbangan dan hampir jatuh, tapi gue masih sanggup memasang kuda-kuda dan tetap berdiri. Dan motor gue tergeletak ke aspal, jatuh ke kanan. Tapi sebelum jatuh, tangan gue masih menahan stang sebelah kanan sebelum akhirnya jatuh dan gue hanya bisa diam dan kaget. Ternyata gue udah ditabrak mobil dari belakang. Mobil itu ga baris seperti mobil yang ada di belakang motor gue, mobil itu nyelak dari kanan dan langsung banting kanan dan nabrak gue yang udah tertib menaati lalu lintas, sialan abis. Gue dengan kesal melihat ke arah supir yang membuka kacanya. Dia menjulurkan tangan sambil bilang, "maap mas, maap mas." Jujur, gue gak peduli gue masih SMA, gue masih bocah bodoamat, pengen gue sundut tuh orang pake knalpot supra, pengen gua bakar kumisnya, pengen gue gulingin mobilnya. Gue pun hanya bisa diam sambil tetap melihat tajam ke arah supir. Kalo gak salah mobilnya itu mobilio, seinget gue. Orangnya kumisan dan bukan abg lagi. Tua juga belom sih paling 30-an umurnya. Tapi dableknya minta ampun. Lalu dengan cepat gue ngangkat motor gue dan masih mengeleng-gelengkan kepala yang masih make helm, seakan gak percaya apa yang orangtua itu lakuin ke gue dan motor gue. Gue juga udah punya feel motor gue ga kenapa-napa, makanya gue ga adu bacot dulu atau minta ganti rugi. Dan ada bapak-bapak juga yang bantuin gue pas motor gue jatoh, dia belain gue. Dia bilang, "itu emang mobilnya mas yang salah, masnya tapi gapapa kan?" Gue merespon, "iya pak saya gapapa, makasih." Dan bapak yang bantuin gue itu seinget gue naik motor supra x yang jadul, gue lupa saking emosinya. Gak lama lampu hijau nyala, gue jalan dan meninggalkan mobil yang menabrak gue, gue coba sabar dan ikhlas.

  Alasan gue gak adu bacot dulu dan setau gue kebanyakan orang yang ditabrak pasti seengaknya turun dari motor/mobilnya dan ngajak ribut si supirnya atau minta ganti rugi. Alasan gue karena motor gue gak kenapa-napa ya gue jalan lagi aja. Bukannya gue cemen atau pengecut, tapi karena gue gamau bersikap arogan. Karena gue sering ngeliat orang yang motor/mobilnya baret aja marah-marahnya gajelas, gue mikir juga buang-buang waktu dan tenaga. Ya intinya gue maafin orang itu dan gue anggep dia juga saudara gue setanah air, ya sebisa mungkin gue mau hidup tenang dan damai. Alasan lain gue juga gamau bikin macet, kalo gue bacot dulu ama tu orang ga kebayang Bintaro yang udah macet bakal separah apalagi yang sore itu juga lagi panas banget. Gue juga lagi males buat masalah atau nyari musuh, walaupun dia yang salah, tapi gue lagi gak mood untuk ribut. Kalo dia nabrak dan motor gue rusak parah ya gue gabisa diem aja, pasti gue bakal komplen sebisa mungkin pake cara halus sampe dia mau ganti rugi, kalo dia nyolot baru nyolotin balik, kalo dia nonjok, gue bakal hajar ampe abis, ampe mampuy. 'Gue gabakal nyerang sebelum diserang'. Dan setelah ampe rumah gue cek gada yang rusak, ada goresan tapi ga ampe baret, gue bersyukur banget. Amanah tetep gua jalankan dan pulang ke rumah dalam keadaan sehat wal afiat.

  Walaupun ini murni bukan salah gue sama sekali, tapi ini juga pelajaran buat gue, bahwa setiap mau pergi berkendara harus berdoa dulu. Karena pas abis ketabrak gue baru inget bahwa gue belom doa, dan untungnya masih selamat, guepun lekas berdoa. Berdoa itu sangatlah penting karena doa itu yang menuntun kita menjauh dari kecelakaan. Pokoknya berdoa, BERDOA, jangan lupa! Yang kedua adalah kemanapun kita pergi berkendara, mau deket mau jauh, pake helm kalo bisa jaket dan perlengkapan berkendara lainnya. Minimal helm ama jaket deh. Karena kita gak tau bakal kena kejadian kayak gue atau bisa lebih parah. Gue saat itu juga pake helm, meski kepala ga kebentur, cuma tetep aja helm itu hukumnya -mesti harus kudu fardu wajib- setiap berkendara sepeda motor. Pelajaran yang ketiga adalah harus fokus dijalan ketika berkendara apapun kendaraannya. Gue gatau alasan orang itu nabrak gue, entah bengong, ngantuk, ada masalah, laper, haus, baru diputusin, jomblo, atau apalah gue ga peduli. Apapun alasannya kita harus fokus agar ga ngerugiin orang lain seperti orang yang nabrak gue. Ya semoga ia cepet berubah ya. Kita ga boleh egois ketika di jalan, mentang-mentang udah telat jadinya buru-buru dan nabrak orang. Gabisa gitu sob, jalanan bukan punya mbah lu, punya semua orang, jadi hormatin setiap orang di jalan. Jadi ya pesen gue hati-hati aja saat berkendara. Gausah buru-buru karena keselamatan yang utama, bukan keselamatan sendiri doang tapi pengendara yang lain juga. Gausah ugal-ugalan deh ya sebisa mungkin, kalo yang jomblo mah gapapa soalnya sendiri. Lah kalo yang pacaran kan kasian pacarnya ketakutan gitu. Ya yang jomblo yang tabah aja, jangan abis baca ini langsung nabrakin diri ke trotoar, jangan. Selamat bermalam minggu, tetap hati-hati di jalan. Karena setiap malam minggu itu gelap karena gak ada matahari. Satu lagi, kalo ada motor berhenti di lampu merah, JANGAN DITABRAK!

Maacih,

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Minggu, 02 April 2017

Pelajaran yang Lebih Dari Sekedar Berharga

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

  Long time no see gaes. Gue belakangan ini bisa dibilang sibuk, yaa walaupun kadang ga juga selalu sibuk. Tapi baru hari ini gue dapet mood baik lagi untuk nulis walaupun awan diatas sana masih kelabu. Sebenernya gue ga kesel juga sama cuaca, gue malah seneng, karena adem ayem. Banyak kejadian unexpected dan luar biasa udah gua lewatin. Banyak kejadian yang ngebuat lebih mengerti berapa mahalnya hidup ini. Banyak kejadian yang membuat gue sadar bahwa selama ini gue salah menilai sesuatu. Banyak kejadian yang pastinya ga bakal terlupakan. Banyak kejadian yang membuat gue sadar bahwa hidup ini cuma sekali, tapi hidup gak bakal berjalan sebagaimana yang kita mau. Banyak banget kejadian yang membuat gue lebih kuat lagi, lebih ikhlas menjalani hidup. Karena menurut gue kebahagiaan itu simple tapi ga mudah mewujudkannya. Hanya perlu kata "ikhlas", tapi perlu waktu untuk belajar memahaminya. Walaupun pada kenyataannya kini "ikhlas" itu sendiri belum seutuhnya sempurna, tapi gue merasa lebih kuat, lebih tangguh, gue harus bisa bertahan menghadapi situasi dalam kehidupan ini. Kesabaran juga kunci menuju ikhlas. Ini juga gua rasa sulit banget, tapi berbagai pengalaman dalam hidup gue belakangan ini udah buat gue mulai mengerti. Bukan orang besar, bukan orang kuat, bukan orang cerdas yang ngajarin. Tapi alam yang ngajarin, biar alam yang mengajari kita. Hal-hal sepele yang mungkin sebelumya kita anggap ga begitu penting, tapi sebenernya punya peranan vital.

  Banyak juga hal yang udah berubah. Umur gue udah 16 tahun, tahun depan punya ktp dan sim. Ini berarti gue semakin dewasa dan orang tua gue juga semakin tua. Gak lama gue bakal dilepas sama orangtua. Gue bener-bener masih belum percaya, kalo waktu ini bakalan secepet ini.Seiring gue bertumbuh dewasa juga alhamdulillah kakek gue udah bisa jalan tanpa tongkat. Waktu ga berasa, waktu itu gue masih inget bagaimana kakek gue awal-awal sakit. Rasa sakit saja yang terlintas di raut wajahnya, tak jarang jeritannya terdengar gue, hingga gue terbangun. Gue masih inget bagaimana situasi kelam dulu, dan sekarang kakek gue selalu keluar kamar dengan senyuman yang tulus. Ga terasa juga udah hampir mau puasa lagi, mau lebaran. Dan nenek gue udah gak ada. Gue masih inget gimana setiap lebaran gue biasa ke rumah "nenek". Tapi sekarang yang biasa dikunjungin udah pindah rumah, pindah alam. Kadang gue juga inget gimana pas lebaran nenek gue selalu bikinin daging kornet favorit gue. Tapi nanti udah gaada yang bisa bikin lagi, karena ibu gue belom dapet ilmu dari almarhum. Gue juga tadi agak nguping pembicaraan keluarga gue, dan kalo ga salah inti dari pembicaraan tersebut adalah, kakek gue kan udah bisa jalan dan mulai beraktifitas seperti biasa. Dia ingin kembali ke kampung halaman dan menjalani kehidupannya lagi seperti sediakala. Tapi yang dibahas adalah siapa yang akan nemenin beliau, karena nenek gue udah meninggal, jadi dicari solusi untuk mencari siapa yang menjadi temannya atau bahkan akhirnya ga perlu. Gue cuma denger sampe segitu doang, agak sedih si kalo ngebayangin jadi kakek gue. Tapi gue bener-bener belajar dari beliau. Bukan pelajaran inti di sekolah, tapi pelajaran tentang kehidupan. Belajar sabar, belajar untuk ikhlas. Kadang ga perlu orang besar atau orang sukses untuk menginspirasi. Tapi orang terdekat, contohnya kakek gue udah ngasih pelajaran berharga banget khususnya ke gue. Bagaimana dia kuat, dia sabar, dia ikhlas saat almarhum nenek gue pergi. Dia yang paling kuat tahan tangis, paling cepet ikhlas dibanding anggota keluarga yang lain, sekalipun gue. Gue harus belajar dari beliau. Karena gue tau dan udah ngebayangin gimana kalo gue yang diposisi dia. Kehilangan barang pribadi aja gue suka sedih dan ga ikhlas, apalagi kayak beliau kehilangan tulang rusuknya.
 "Hidup ini memang tidak adil. Jadi, biasakanlah dirimu."  
 -Patrick Star.
  Quotes diatas memang bukan datang dari orang yang besar, tapi hanya tokoh kartun bodoh. Tapi bukan itu yang menjadi inti, tapi bagaimana kita bisa membiasakan diri dengan ketidakadilan dunia, seperti yang tokoh Patrick katakan. Kadang perlu mencoba sesuatu yang baru untuk bisa mengerti semua hal rumit dalam kehidupan. Seperti tanggal 24-28 Maret yang lalu, Gue baru saja hiking dua gunung, yaitu Sumbing dan Sindoro. Ini sungguh pengalaman yang luar biasa banget. Alam bener-bener ngajarin gue apa arti hidup sebenarnya. Mungkin gaakan gue ceritain detail gue saat hiking tersebut, tapi gue bakal kasih tau pelajaran yang bisa gua ambil dari pengalaman berharga tersebut. Pelajaran pertama, kita gak bisa selalu dapet apa yang kita inginkan, bukannya kita gak mau dan gak mampu, tapi memang alam yang gak mengizinkan. Maksud perkataan gue adalah kita gabisa memaksakan kehendak kita di alam. Mau dikata kita udah usaha mati-matian, udah bayar mahal, tapi kalo alam ga izinin mau apa lagi? Seperti saat hiking gunung yang pertama (Sumbing), gue dkk gabisa sampe puncak karena cuaca ekstrim dan kabut tebal. Dari sini gue belajar bahwa alam udah kasih sinyal mungkin gabisa naik lagi karena cuaca ga memungkinkan dan nyuruh kami turun lagi. Karena seperti leader gua bilang, Bang Condet, "Tujuan utama kita rumah, puncak itu cuma bonus. Kalo dapet ya syukur, kalo ga dapet ya gausah disesali."Itu mungkin sinyal alam juga untuk nyuruh gue kembali lagi ke Sumbing suatu saat nanti untuk membayar hutang yang masih tersisa. Karena bagaimanapun hutang harus dilunasi. Pelajaran kedua saat gua naik gunung kedua (Sindoro). Gue dapat pelajaran pas pada akhirnya dapet memuncaki gunung pertama dalam hidup gue. Pelajaran yang gue dapet bukan soal puncaknya, tapi bagaimana usaha dan pengorbanan , semangat dan dedikasi tinggi untuk bisa berdiri di puncak memandang matahari yang beruntung pada saat itu cerah banget dan ga ujan seperti di Sumbing. Gue akhirnya tau bagaimana cara bersyukur yang selama ini gue sering mengeluh. Tapi dari atas Sindoro gue ngerti apa itu rasa syukur dan kekuasaan Tuhan dalam menciptakan semuanya gak ada yang menandingi. Sumpah pengalaman yang sangat luar biasa. Pelajaran ketiga adalah kebersamaan dan kekeluargaan. Bagaimana gue dan rekan hiking yang semula ga kenal, sekarang udah kayak keluarga sendiri dan masih berhubungan dan komunikasi. Gunung juga memberi gue banyak keluarga baru yang membuat gue lebih mensyukuri hidup ini. Gue bisa kenal leader gue, Bang Condet sama Bang Bahrun yang kocak gak ada matinya. Gue juga belajar dari mereka bagaimana hidup tanpa mengeluh, bagaimana hidup dengan senyum dan tawa, bagaimana hidup dengan kesederhanaan, bagaimana hidup lepas dan bagaimana hidup dengan gila dengan konteks positif. Mereka semua bener-bener udah istilahnya ngebonyokin gue dengan pelajaran berharga. Gue gak tau lagi harus bilang apalagi, tapi gue mau bilang makasih ke Bang Con, Bang Bahrun, Kakek gue, Imam (orang gila yang ngajakin gue hiking, sehingga gue dapet banyak pelajaran, thx sob), Patrick Star dan semua orang yang udah menginspirasi gue tanpa bisa gue sebut satu-satu. Dan juga untuk rekan-rekan hiking Theater Adventure, bagi yang baca tulisan gue ini gue mau berterima kasih yang sebanyak-banyaknya, semoga kita bisa hiking bareng lagi di trip selanjutnya.

perjuangan ke pucak Sindoro (agak drama sih sebenernya wkwk)

puncak Sindoro, yang pertama dan akan berlanjut

bersama leader kocak, Bang Condet

perjuangan ke Sumbing dan belom sampe puncak, tapi akan suatu saat
quotes cee

bersama Imam Panjul izin ke pak karno (wali kelas) di puncak Sindoro

perjuangan.
SQUAD!!! (Bang Alif motoin)
Puncak Sindoro 3153 MDPL (- bang bahrun)

   Satu lagi pelajaran, bahwa gue udah salah nilai orang. Ternyata doi ga seperti yang gua kira selama ini. Udah, biarin aja dia kayak gitu, saatnya pindah haluan. Ga perlu dendam juga, doain aja semoga doi dapet yang doi inginkan. Banyak orang yang gak mau hidup sendirian. Tapi berbeda dengan gue, gue pengen banget hidup sendiri, karena gak ada satupun yang mengerti dan ga ingin menyakiti orang lain. Tapi sekali lagi, orangtua, saudara, keluarga dan temen-temen gue ga ngebiarin gue sendirian, mereka selalu ada buat gue. Walau mereka ga selalu ngerti gue, tapi mereka tau apa yang gue butuhkan, ngasih banyak pelajaran hidup ke gue, lebih dari sekedar berharga. Gue juga pernah bilang ke temen-temen gue, "ga perlu waras kalo mau jadi temen gue." Maksudnya ga perlu berubah jadi orang lain untuk jadi temen gue, cukup apa adanya kalo perlu sedikit gila biar asik wkwk. Urusan cewe gue bodoamat lah sekarang. Gue gamau ambil pusing,  Gue udah males urusin hal tentang cewek. Ribet, banyakan phpnya, bikin muak dan puyeng doang. Sabarin dan santai aja. Mending gue nabung duit bakal nyusun trip hiking lagi. Bodoamat gue jomblo, yang penting asik aja. Gue mau terima kasih juga buat Rizka temen gue. Makasih udah tunjukkin gue yang sebenarnya. Gue gatau kalo gaada lu gue bakal gimana, ancur kali gue. Terima kasih yang udah luangin waktu buat baca, semoga bermanfaat. Gue minta maaf ini agak longpost, tapi gue rasa gue harus nyampein ini ke kalian. Udah dulu yak mau belajar besok ulangan, hehe. Semoga keberuntungan selalu menyertai kalian.

Maacih,

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Senin, 13 Maret 2017

Bisa Jadi (Puisi) yang Terakhir

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

  Sore para pembaca. Hari ini cerah cenderung panas cuacanya. Hari ini adalah juga hari kejepit, karena besokya sebenernya gue libur, ya tapi udah terlanjur sekolah. Tapi hari ini memang harusnya gue berangkat ke sekolah. Karena gue memang mau ngeliat doi gua (mungkin) untuk terakhir kalinya. Berhubung dia bentar lagi udah mau us dan un, gue pun sadar bahwa kesempatan gue untuk sekedar liat dia lagi udah tinggal sedikit, atau mungkin hari ini bisa jadi yang terakhir. Udah kebayang sih di benak gue kalo nantinya udah gaada dia lagi, bakalan hampa asli. Gue bener-bener udah ngebayangin gimana gue selalu dateng ke sekolah agak telat dan dia ga kunjung masuk ke sekolah. Gue udah ngebayangin pas istirahat pertama dia abis solat duha dan lewat depan kelas gue, tapi ternyata udah gak ada dia lagi. Gue udah ngebayangin gimana pas pulang dia selalu nunggu di jemput di samping gerbang atau di pos satpam, ternyata nanti bukan dia, tapi orang lain. Gue ngebayangin bakal gak ada lagi panas siang yang sejuk atau hujan badai yang hangat, tentu karenanya. Semua bayang yang menghantui itu membuat gue sadar bahwa gue harus melakukan sesuatu untuk mengucapkan selamat tinggal kepadanya. Gue harus membuat dia sadar atau peka walaupun ga membalasnya. Tapi setidaknya gue udah berusaha yang bisa dibilang untuk terakhir kalinya. Walaupun gue berharap masih ada waktu dan kesempatan, tapi gue benar-benar harus menyampaikan pesan berisi perpisahan.

  Gue sempat berpikir untuk ngomong langsung ke orangnya, mengutarakan isi hati gue. Tapi gue pikir itu gak tepat aja. Karena selama ini gue memang ga ngasih tau jati diri gue ke doi. Gue pengen dia yang mencari tahu atau tahu dengan sendirinya. Bukannya gue pengecut atau pemalas, tapi gue rasa itu cara gue yang tepat untuk membuat dia merespon. Gue sih sempat pernah mikir juga kalo doi tau gue. Terlebih temen-temen gue sering ledekin, juga sering kebablasan kalo lagi merhatiin doi. Tapi itu baru perkiraan, bukan fakta. Makanya gue juga ga ngasih tau jati diri gue cuma untuk mengetes aja gitu. Itusih menurut gue ga penting, karena bagaimanapun tujuan gue cuma mau bilang yang sejujurnya sebelum doi pergi, bukan mencari popularitas. Untuk itu gue menemukan solusinya yaitu dengan, menuliskan puisi. Mungkin jika cara untuk menyatakan perasaan bukan lewat tatap muka, maka lewat selembar kertas dan pena. Lalu gue menuliskan puisi itu dengan sebaik mungkin dan seakan ini puisi terakhir. Dan sepertinya memang yang terakhir mengingat waktu sudah tidak lagi berpihak pada gue. Gue bawa puisi itu pagi ini. Gue tuliskan ke kertas, lalu gue bungkus dengan rapi dan amplop ini ibarat tumpahan curahan hati dan perasaan gue yang sedih akan segera berpisah dengannya. Setelah puisi itu jadi dan dihias dengan sedemikian rupa. Gue masih belom bisa tenang, sampai puisi itu sampai ditangan dia. Maka dari itu gue menyuruh satu temen cewek gue untuk ngasih, sampe sekarang gue gak tau udah sampai ke dia atau belom, yang pasti gue sangat berharap segera sampai. Karena gue masih belom bisa tenang bila surat itu belom sampai. Dan bila surat itu gak sampai ke tangan dia, maka gue udah gagal menyatakan perasaan. Berarti gue udah ngelakuin hal yang sia-sia, berarti gue bakal nyesel seumur hidup gue. Tuhan tolong sampaikan, untuk kali ini saja, pesan terakhirku, tolong sampaikan, kepadanya.

  Gue selalu teringat kata-kata Wicak (Abimana Aryasatya) dalam film Negeri Van Oranje, begini, "Lebih baik gue keliatan bodoh sekarang daripada nanti gue nyesel, karena gue ga pernah ngomong ini sama lo (lintang)." Sumpah perkataan Wicak tadi membuat gue sadar, bahwa kalo gue ga kunjung nyatain perasaan gue, pastinya gue bakal nyesel seumur hidup. Karena cinta itu harus diungkapkan, bila tidak bukan cinta namanya. Walaupun tetep dengan cara gue make puisi, tapi setidaknya gue udah ngelakuin hal yang gak akan gue sesali. Gue juga sadar bahwa doi adalah alasan gue masih jomblo hingga kini. Karena gue gak bisa jatuh cinta ke orang lain lagi selain dia. Gue udah mencoba sekeras tenaga tapi gabisa, gue gabisa berpaling, darinya. Jauh dalam lubuk hati gue, gue sekedar ingin tahu apa gerangan isi hatinya. Apakah mungkin ada sedikit gue dihatinya? atau tak ada. Adakah rasa yang selama ini dia pendam kepada gue? atau tidak. Semua masih buram, selama puisi itu belom sampai. Tapi jika puisi itu sudah sampai juga belum tentu gue bakal tau kebenarannya. Tapi soal gue itu gak penting, ini adalah soal dia, soal cinta. Kita gak boleh egois dengan perasaan sendiri, kita harus bisa memahami dan menghargai perasaan orang lain khususnya doi. Sekali lagi ini semua tentang dia, bukan gue, sama sekali bukan. Jadi gausah hiraukan gue, gaperlu. Biar semua terungkap dengan sendirinya. Biar waktu yang menjawab walaupun tak lagi banyak yang tersisa. 

  Mungkin seperti puisi gue yang akhirnya berakhir, cerita hari ini juga harus berakhir. Walaupun masih banyak sekali yang ingin gue ceritain, tapi gak mungkin semuanya gue jelasin. Karena ga semua hal harus dijelasin, ga semua hal bisa dimengerti. Untuk itu doa kalian sangat membantu gue agar puisi itu lekas sampai di pelabuhan yang seharusnya. Hidup gue masih akan terus berlanjut. Ya walaupun beberapa bulan lagi udah gak ada doi lagi, tapi ya waktu gak mungkin berhenti di waktu yang kita inginkan. Gue juga gak mau lupain doi, gue mau belajar mengikhlaskan aja. Semoga ini memang jalan yang terbaik, dan gue tetep tegar. Menangis gak menyelesaikan masalah. Terima kasih gue ucapkan pada semua pembaca, pada semua teman dan para saksi bisu. Terima kasih juga pada waktu dan kesempatan yang mengizinkan gue bisa mengenali dia, walau hanya dari kejauhan. Terima kasih tak lupa untuk Tuhan atas anugerah terindah yang Engkau berikan dihidup hamba. Terima kasih kepada orangtua doi yang sudah melahirkannya ke dunia. Terima kasih kepada setiap cuaca yang mewarnai hariku melihatnya. Terima kasih kepada kertas dan pena yang selama ini menyampaikan perasaanku. Dan yang terakhir Terima kasih untuk dia, semoga keberuntungan selalu bersamanya. Terima kasih atas kenangan yang kamu (atau dia) beri (secara tak langsung dan tak sadar) kepadaku. Sekali lagi,

 TERIMA KASIH.


Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
  

Jumat, 03 Maret 2017

Yang Pergi (Mungkin) Takkan Kembali

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

  Malam para manusia yang pandai menyisakan waktu untuk membaca. Bulan ini adalah bulan ke 3, bulan Maret. Ya gapapa sih, gak ada yang spesial dengan bulan ini (sepertinya, mungkin bisa). Hari ini tanggal 3 Maret, dan besoknya tanggal 4 Maret. Dan pastinya juga kalian sudah mengetahui perihal tersebut. Besok bukan hari yang biasa bagiku, mengapa? karena besok ada acara memperingati 100 hari kepergian nenek tercinta. Mengingat hal itu gue pribadi jadi keinget sosok nenek gue. Bagaimana setiap detik kenangan indah bersamanya kini telah lenyap tersisa kenangan. Dan kenangan itupun baru saat ini teringat lagi karena besok akan memperingati 100 hari kepergiannya. Memang baru 100 hari, tapi rasanya sudah lama sekali. Hal ini juga membuat gue sadar, bahwa sesuatu yang pergi itu takkan bisa kembali lagi. Yang tersisa kini hanya ada sebutir kenangan dan sedikit rasa sesal. Menyesal seandainya beliau masih ada disini, masih bisa sekedar tertawa melihat tingkah gue yang bodoh, hanya untuk melihat beliau tersenyum tulus. Tapi tak ada gunanya menyesali, tak ada untungnya. Mungkin beliau juga ingin kita yang ditinggalkan merasa ikhlas agar beliau tak lagi terbebani. Tapi mengapa Tuhan menciptakan rasa 'penyesalan'? Kenapa disetiap hal dimasa lalu yang takkan kembali lagi kita harus meyesalinya? Dan dengan bodoh berharap waktu itu akan kembali, tak masuk di akal. Mungkin tujuan Tuhan menciptakan penyesalan hanya untuk mengingat masa lalu, hanya untuk mengingatnya. Bayangkan bila tak seorangpun di dunia yang memiliki rasa menyesal, pasti tak ada yang mengingat masa lalu, dia akan fokus ke masa depan dan menganggap masa lalu tak pernah diciptakan. Mau bagaimanapun juga, kita manusia bisa berdiri disini melalui proses dari masa lalu yang tak singkat. Rumit dan banyak rintangannnya. Masa lalu pantas diingat dan dikenang, tapi bukan untuk di capai kembali.

  Seperti masa pertama gue masuk ke SMA. Awal gue ketemu Imam dan Iqbal(bodan). Seinget gue begini, pagi itu gue lagi duduk di depan kelas x ips 4 (kelas yang nantinya bakal jadi kelas gue). Gue duduk sendiri dan hanya ditemani sedikit hembusan angin pagi. Lalu ada dua orang asing dan memecah keheningan di pagi hari. Mereka duduk dan berbincang yang gue gak tahu apa yang dibahas. Lalu salah satu dari mereka menyapa gue dan menyodorkan tangan, "Gue imam." di sambung iqbal, "gue Iqbal." gue pun refleks menjawab, "gue Averyl." gak tau pas awal kenalan aja gue udah ngerasa nyaman aja, padahal gue biasanya sama orang baru merasa asing dan ga enak aja. Tapi ama dua makhluk ini rasanya beda. Pada hari itu juga kalo gasalah masih dalam tahap mpls (masa perkenalan lingkungan sekolah) kalo dulu sebutannya ospek. Gue , Imam dan Iqbal beriringan berjalan ke ruang aula karena kalo gak salah mau ada acara semacam demo ekskul gitu (maap kalo salah, maklum pelupa). Dan dari situ pun gue tahu kalo Imam dan Iqbal itu sama-sama jomblo. Bukti nyatanya pas kami jalan menuju aula, yang dibahas itu cewe lagi cewe lagi. Gue terus terang seneng karena waktu itu gue jomblo juga dan gue emang suka juga ngomongin tentang cewe. Dan tak jarang pula kita satu pola pikir saat sedang memandang suatu objek indah. Pokoknya kodenya biasanya kami kalo ngeliat objek menarik langsung saling tatapan dan senyum nahan ketawa. Tapi si Iqbal kadang reaksinya dengan heboh, panik, eksplosif, lebay, kaget dan mukul pundak gue kalo liat cedai (cewe badai).  Alhasil kami bertiga bukan lagi seperti tiga ekor orang yang baru kenalan, tapi udah kayak jomblo berteman yang sangat ngenes. Jadi kayak ngerasa udah kenal lama aja gitu. Dimulai dari hari itu sampe saat ini, tu orang berdua adalah temen gue yang paling gokil. Dan kami masih menggila saat membicarakan cewe persis saat pertama kali kita bertemu. Itu juga kembali mengingatkan gue, bahwa kisah gue kenalan sama dua orang gokil itu sekarang tinggal kenangan emas. Gue sih masih inget gatau sih dua makhluk itu masih inget apa ngga. Kisah itu gabisa terulang lagi, takkan kembali lagi.

  Gue juga gak berani ngasih judul "Yang pergi takkan kembali". Gue masih menyisipkn kata "mungkin" dalam kurung. Itu berarti masih ada sesuatu yang pergi dan bisa saja kembali, mungkin. Bila berandai-andai, bisa aja mantan yang tiba-tiba balik lagi. Walaupun cuma mau ambil barang pemberiannya yang dulu dan ga ikhlas, atau cuma mau isengin aja karena di zaman modern ini jahil menjadi suatu kebutuhan pokok. Itu contoh gapentingnya. Tapi bisa aja, tapi sih gue gak berharap gitu juga, itu cuma contoh. Atau contoh lainnya, Barang kesayangan lo, sebut itu bola, hilang(pergi) dan beberapa minggu kemudian pas lo lagi beres-beres rumah, bola itu ketemu (kembali). Jadi ada beberapa hal yang sudah pergi dan bisa kembali, tapi menurut gue gak banyak. Karena pada dasarnya sesuatu yang pergi takkan kembali, dan seandainya kembali takkan sama seperti sediakala. Yang sudah pergi sudah sepatutnya di ikhlaskan, karena disetiap kepergian pasti ada pula kedatangan. Ada orang yang datang dan pergi dihidup kita, pasti begitu. Tak selamanya orang akan ada dihidup kita dan gak selamanya orang itu gak ada dihidup kita. Kayak bandara, tempat pesawat mendarat dan terbang, landing dan take off, datang dan pergi. Kita itu seperti bandaranya yang pasti melihat berbagai macam dan jenis orang berlalu-lalang dihidup kita. Seperti nenek gue yang sudah pergi, gak bisa kembali lagi. Hanya bisa rindu saja ditengah hujan yang kini membasahi genting dan sedikit pipi gue.

  
Iqbal, Lascha(aka Justin), Uericho, Gue dan Yoga
Yang motoin Imam.


yang angkat kedua tangan = Imam
Yang lain ngantuk+kedinginan

  Yang diatas juga gak bisa balik lagi. Temen gue udah nambah, semula dari Imam dan Mbah Iqbal. Sekarang ada Ue, Justin, Yoga dan Mul. Tapi Mul ga ikut touring karena lagi galau ps3 nya rusak. Kami adalah sekelompok orang yang kurang piknik. Walaupun gabut dan nekat, tapi disitulah arti pertemanan sejati. Gue jadi ngerasa mereka adalah bagian dari hidup gue juga kini. Mungkin akan ada ekspedisi atau kunjungan ke berbagai tempat lagi nanti dengan kami geng yang biasa disebut, Harta, Tahta, ... (yang ketiga sering ganti nama jadinya ga gue tulis). Pokoknya kenangan diatas gabakal bisa balik lagi, tapi bisa kami ceritakan ke anak cucu kami bahwa apa itu arti pertemanan dan rasa gabutnya masa remaja jomblo. Jadi mulai sekarang relakan yang sudah pergi, pasti Tuhan akan menggantikannya yang lebih baik. Menyesal itu manusiawi, tapi jangan berlarut-larut, bikin capek doang. Lebih baik habiskan waktu kalian untuk menjelajah bersama teman kalian, karena itu akan menjadi sesuatu yang akan pergi dan gak kembali yang sangat amat berharga, takbisa diganti oleh materi. Dan juga untuk nenek gue tercinta, walaupun fisik udah ga nampak, aku akan selalu cinta padanya dan akan selalu ingat pesan dan nasihatnya. Dan sebelum doi ninggalin gue, semoga dia kunjung peka yaa(wkwk). Semua yang pergi (mungkin) takkan kembali. Tinggal dua pilihan, apakah kamu akan tetap menunggu? atau akan mencari seseorang lain yang mungkin kini sedang menunggumu? semuanya terserah kalian. Dan gue akan seperti air yang mengalir, terus bergerak tanpa mengeluh. Mengikuti indah dan deritanya, mengikuti alur sampai akhirnya, yaitu ajal. Semoga kamu juga seperti air yang mengalir. Terus hidup dan jangan lupa bahwa semua sudah ada yang mengatur. Selamat malam, semoga keberuntungan selalu menyertai kalian semua.

Maacih, 

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Rabu, 15 Februari 2017

Mengenai Kepindahan

Assalamu'alaikum Wr.Wb.

  Selamat pagi yang baru bangun, hari ini libur karena ada "nyoblos". Andai libur ini bisa lebih lama lagi, tapi yaa besok udah masuk lagi. Gue mau cerita soal perasaan gue sekarang di Sekolah tempat gue menimba ilmu. Gue rasa sebenernya berjalan baik-baik aja. Tapi entah mengapa kadang ada yang mengganjal di hati gue. Terlebih banyak kemungkinan gue bakal pindah, karena udah banyaknya seleksi-seleksi klub, yang apabila gue lolos dan diluar ibukota, gue harus pindah. Jujur gue sedih jika nantinya pindah, tapi disisi lain gue juga bersemangat banget. Karena pertama gue ngerasa akhir-akhir ini hidup gue monoton banget, gue berpikir akan dapet tantangan baru kalo pindah apalagi luar kota. Kedua, gue ngerasa udah makin ga betah aja, karena guru-gurunya lama-lama ga asik (tapi ini bukan faktor utama dan setiap sekolah pasti ada aja). Yang ketiga, selama di sekolah gue ini, entah kenapa kayak ngerasa sendiri, kayak ini bukan tempat gue. Karena minimnya atlit bola yang ada di sekolah gue, gue jadi ngerasa gak ada orang yang satu visi sama gue, gue selalu merasa sendirian dan seakan gak ada yang ngerti gue. Ke empat, Gue juga ngerasa, di sekolah gue itu, guru-gurunya ga mensupport atau kurang mendukung atlit-atlit. Gue gatau apa gue salah tapi gue ngerasa begitu. Gue rasa lebih mendukung akademik dibanding non-akademik, itu sih wajar, tapi itu bukan yang gue inginkan, bukan gue butuhkan.

  Tapi gue juga sebenernya gak mau pindah, beneran. Gue gak suka jadi alumnus. Temen gue juga banyak yang bikin gue betah. Dan doi juga salah satu alasan gue bertahan. Tapi, apakah tahun selanjutnya gue masih bisa bertahan? gue juga gak tau. Gue itu cuma pengen punya komunitas yang punya visi yang sama, biar bisa berjuang bareng-bareng. Mau sejago apapun, main bola bukan satu orang saja.  Itu alasan utama yang membuat gue gak betah, dan alasan kedua yang paling kuat, yaa gue ga ngerasa didukung aja sama sekolah, dihargai juga enggak. Terus gue berpikir mencari solusi. Ya mungkin solusinya pindah, tapi gue masih berat banget. Kalo alesannya demi karir gue rela pindah. Tapi kalo gara-gara dua alasan utama diatas, gue masih bisa bertahan demi temen-temen gue. Gue gatau kalo gaada temen-temen baik gue itu. Kalo yang ada cuma guru ngeselin dan ga dukung gue, udah pindah dari pertama masuk kali gue. Dan gue masih mau ngeliat doi sebelum lulus. Itu alasan gue kokoh untuk bertahan.

  Ga semuanya jelek sih dari sekolah gue. Gue juga jujur bahagia dan bersyukur bisa sekolah di tempat sekarang. Tapi lama-lama rasanya kayak makin terperosok ke goa yang gelap. Tapi sekali lagi gue masih mau disini demi temen-temen gue terbrengsek. Gue masih mau buat kisah sama temen-temen gue dan masih mau ngelihat doi, karena waktu gue tinggal dikit. Gue rasa sekarang cara yang tepat adalah bersikap acuh tak acuh sama sekolah, dan habisin waktu sama sahabat, itu gue yakin bakalan bikin gue betah dan gamau pindah. Cuekin kalo orang lain, mau guru kek, temen atau siapapun menghina, gausah ambil pusing. Mereka menghina karena ga mengerti. Gue ga minta dimengerti pula. Dan juga ga bakalan semua orang suka sama lo, pasti ada aja yang gasuka, sekalipun itu guru. Yang harus lo lakuin yaa tetep jadi diri sendiri, karena masih banyak orang yang mau nerima lo apa adanya, tanpa harus bodoh bersandiwara. Gausah menaruh harapan tinggi sama sekolah, toh sekolahpun bisa ga peduli atau cuek sekalipun, cuekin balik aja, so simple.

  Gue mau menegaskan bahwa dengan hati yang ikhlas gue gak mau pindah. Sumpah gue gakmau pindah! gue bahagia dan seneng bisa sama temen-temen guee. Gue udah ngerasa temen gue adalah keluarga guee, sumpahh. GUE GAMAU PINDAH. Tapi kalo demi karir gue harus mengorbankan salah satu, yaa walaupun berat juga. Gue sih berharap kalo demi karir kalian dan temen-temen terbaik gue bisa mengerti. Tapi kalo demi alasan-alasan gue diatas, gue ga bakalan pindah. Gue bukan pengecut yang mau lari dari kenyataan, gue tangguh, ga gampang dirobohin. Gue bukan orang lemah, dan kalian temen-temen gue juga salah satu sumber kekuatan gue. Gue juga gakmau ambil pusing soal sekolah dan guru-guru gua tersebut, bodoamatlah. Sekarang gue mau fokus main bola, dan banyak rencana yang udah gua persiapin, salah satunya hiking sama Si Imam. Gue bakalan lebih fokus belajar bikin kopi dan rajin nulis. Karena itu semua mungkin bisa menjadi profesi gue suatu hari nanti, aamiin. Gue juga mau baca habis novel-novel gue (banyak yang belom kelar). Jadi gaada waktu lagi buat urusin sekolah dan guru-guru yang ga dukung gue. Lebih baik urusin yang akan mendukung masa depan dan cita-cita gue. Dan juga mending mikirin doi, Mending besok dateng pagi-pagi biar bisa liat doi, wkwk. Udah dulu yee, mau lanjut berkhayal nih. Inget yaa, jangan sia-siain sahabat-sahabat lo. Gausah hirauin orang yang gasuka sama lo. Dan satu lagi, doi lagi ngapain yaa? mikirin gue gakyaa? wkwkwk.

Maacih,

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Sabtu, 11 Februari 2017

Arti dari Sebuah Pandangan

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

 Bersama awan mendung dan sabtu yang sendu, Selamat pagi semuaa! atau mungkin terlalu telat untuk mengucap selamat pagi, tapi gapapalah. Toh matahari juga masih sembunyi di balik awan. Dan juga bersama flu yang gamau pergi, hari ini gue hendak bercerita. Tentang kedua bola yang setiap hari dibawa-bawa. Yang bisa menimbulkan banyak tanda tanya dan misteri. Yang bisa jadi memiliki mana tersirat didalamnya, yang tidak diketahui. Yaitu sepasang bola mata. Kenapa Tuhan menciptakan kita dua bola mata? mungkin jawabannya agar mata tidak kesepian. Karena sangat disayangkan bisa melihat berbagai indah dunia, bila hanya disaksikan satu bola mata. Keindahan harus dibagi, akan terasa sempurna bila bisa melihat indahnya dunia dan mensyukurinya bersama, kedua bola mata. Mata juga berfungsi melihat setiap hal dihidup kita, yang buruk pun juga. Tapi harus diketahui, keindahan tak akan ada bila tak ada keburukan. Tinggal kita aja pintar memposisikan diri saat melihat objek tertentu. Dari mata kita juga bisa tahu bagaimana perihnya kelilipan saat naik motor pake helm yang gaada kacanya, atau pas lagi main bola becek-becekan kecipratan tanah dan masuk mata. Dan yang terpenting, satu lagi fungsi mata. Yaitu, untuk JATUH CINTA.

  Gue sampai sekarang hidup udah banyak banget liat bola mata orang lain. Gatau udah berapa, orang yang udah kenal aja gak kehitung, apalagi yang cuma papasan di tengah jalan atau suatu tempat. Tapi tahukah? setiap orang punya cara memandang yang unik, yang berbeda. Yaa walaupun ada yang mirip, tapi belum tentu maksud dari pandangan itu sama. Kadang dengan ke-sotoy-an gue, gue bisa baca pribadi orang dengan liat pandangannya saja, mungkin ini yang disebut intuisi. Tapi kadang gue bener, tapi tak jarang juga keliru, karena gue hanyalah makhluk Tuhan yang jauh dari sempurna. Untuk bisa tahu maksud dari pandangan seseorang, gue rasa gak bisa cuma melihat sekali waktu saja, tapi harus beberapa bahkan sering. Karena mata itu masih bisa menipu, walaupun ada orang yang bilang kalo,"mata itu gak bisa bohong". Tapi menurut gue bisa aja, karena gak ada seorang pun yang bisa tahu apa isi hati seseorang. Dibalik mata yang tajam bisa jadi menyimpan hati yang lembut. Atau sebaliknya, dibalik mata yang halus terdapat hati yang sekeras baja, susah diluluhkan.

  Gue udah dapet pengalaman. Gue udah pernah cerita sebelumnya yang gue balikin buku kakak kelas gue. Yang awalnya gue kira judes (pas awal ngeliatnya), tapi malah selembut awan. Itu sebagai contoh kecil, bahwa jangan menilai buku dari covernya, tapi cari tahu isinya dahulu. Banyak orang yang dari pandangan matanya kita udah bisa liat kepribadiannya, tapi tak sedikit juga yang dari cara memandang, kepribadiannya berbeda atau bisa jadi tak sesuai. Orang-orang ini malah yang membuat gue jadi ingin cari tahu kebenarannya, ingin sekedar mencari tahu. Apalagi gue termasuk orang yang susah percaya gosip, gue harus ngerasain sendiri, baru percaya, tapi ga sepenuhnya percaya. Karena mungkin aja kalo ketemu orang asing pura-pura jadi orang lain. Gue harus ngerasain, harus kenal orangnya dan kalo bisa harus tahu apa isi otak dan hatinya, Baru gue percaya. Satu yang gue percaya juga, orang itu bisa berubah karena orang lain, bisa lebih baik atau buruk. Tapi itu bisa benar-benar terjadi, dan semoga ke lebih baik. Gue juga orang yang suka dengan tantangan, walaupun ga kepo-kepo amat, tapi kalo menurut gue itu pantas di ungkap, gue bakal cari tahu.

  Masalahnya gue lagi dirundu bimbang sampai hari ini. Seperti sedang tersesat dalam lembah gelap atau tenggelam di palung laut terdalam. Gue lagi sedang ingin mencari arti, apa maksud dari pandangan itu? Gue gak mau jatuh duluan, karena ga enak. Gue lebih baik mencari data yang valid walaupun kategorinya mustahil. Gue gak sengaja melihat kedua bola mata yang paling indah gue rasa. Itu sama sekali gue gak ngedip, gue juga gak berusaha cari tahu apa maksud pandangannya, gue terlarut terlalu dalam, hingga tampolan temen gue yang menyadarkan gue, sialan. Hari terus berlanjut, sekarang gue setiap hari selalu duduk di bangku depan kelas, cuma nunggu kedua bola mata yang bisa buat gue lupa, gue siapa. Semakin sering gue liat mata indahnya, semakin gue jatuh, dan semakin lama timbul tanya, apa maksud pandangannya? karena gak jarang juga dia sesekali membalas gue kalo lagi diliatin, mungkin gue rasa dia tahu kalo lagi diperhatiin. Tapi apakah dia senang atau risih? apakah pandangannya asli atau palsu? apakah berarti cinta atau benci? Jika boleh, gue ingin jadi hantu, gue pengen banget tahu apa maksud dari pandangannya? kalo itu cinta berarti ini emang takdir gue, tapi kalo ini benci? tolong tunjukkan. Tapi dengan bodohnya sih sampai sekarang gue masih berharap itu cinta. Gue hanya ingin sekedar tahu, sebuah arti.

 Banyak data gue dapet kalo dia itu judes. Gue juga lama-lama merhatiin kalo dia lagi liat orang itu emang judes. Tapi gue malah makin tertarik, gatau kenapa. Kalo kata temen pea gua si Imam bilang, "biasanya yang judes itu, kalo udah sayang tulus". Gue tercengang, dan paketu yang cemen itu ada benernya. Gue juga denger dari banyak narasumber kalo dia emang beneran judesss. Imam juga udah liat betapa judesnya. Tapi satu pertanyaan timbul di sela otak gue, apakah dia bener-bener judes? apakah hatinya judes juga? gue sih mikir ga mungkin orang judes, judesin semua orang. Mungkin kepada orang asing pasti judes. Tapi entah, gua masih yakin , setiap kali liat kejudesannya, gue masih berpikir masih ada sisi lembut dihatinya. Apalagi mukanya yang manis itu sayang banget kalo gapernah dipake senyum, ga cocok judes menurut gue. Tapi sekalinya senyum, hujan ga berani balik lagi (ini lebay yaa). Mungkin gue akan terus menjalani hidup dengan kebimbangan selama beberapa bulan kedepan. Tapi waktu gue ga lama lagi. Sebelum dia pergi gue harus bikin sesuatu yang gabakal gue sesalin, yaa walaupun gue nantinya tetep gatau kebenarannya, tapi seenggaknya gue bisa ngelepas dia dengan kenangan yang indah. Si Imam juga bilang, "hidup bisa berakhir kapan aja, dan gua bakal nyesel kalo cuma diem aja" gitu kira-kira. Gue juga jadi termotivasi untuk terus berkarya. Karena pandangan itu tak sengaja udah ngerubah hidup gue.

  Udah panjang banget ini kayaknya, awan masih mendung. Gue masih harus melanjutkan hidup gue. Pertama berusaha bikin ini flu minggat dulu. Tapi sekali lagi gue masih akan berusaha mencari arti, dari pandangan itu. Gue juga mau bilang makasih sama Imam, karena kata-kata lu masih gue genggam sampe sekarang, dan masih gue percaya. Itulah gunanya temen, walaupun sepatu gue belom dibalikin, tapi makasih cuk. Makasih juga kalian yang udah nyimak, semoga kalian bisa mengerti dan ambil positifnya. Inget jangan nilai orang sembarangan, jutek belum tentu hatinya juga. Dan seseorang bisa berubah. Jangan takut flu mengganggu, karena hujan tak patut disalahkan. Nikmati aja, sebelum dia pergi dan mungkin tak kembali. Buatlah suatu hal (kalo bisa ekstrem) yang bakal lo bisa ceritain ke anak-cucu lo. Jaga selalu mata kalian dan pastikan masih ada dua.

Maacih,

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Sabtu, 04 Februari 2017

Ulat Kecil Kini Sudah Tumbuh Dewasa

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

  Halo para reader, khususnya jomblo, wkwk. Gue baru pulang abis kerja kelompok sama temen sekelas gue. Cape banget gaes. Kan siangnya juga gue baru pulang dari Cilegon. Ini pertama kalinya naik bis sendiri. Gue merasa ini sudah menjadi pencapaian gue yang udah bagus. Udah bisa pulang sendiri walaupun masih dikasih ongkos, tapi seenggaknya udah bisa sendiri tanpa dianter lagi. Gue juga merasa gue punya lebih banyak waktu sendiri, yang kadang gue perlu momen seperti itu. Sebenernya gue males pulang karena lagi ngurusin calon motor gue, yaitu Kukut. Suzuki rc100 jet cooled yang dipanggil Kukut sebentar lagi gue bisa bawa ke sekolah, gue sangat bangga dan tersanjung. Ini juga menjadi hal yang sangat berkesan bagi gue. Setelah gue bisa pulang naik bis sendiri dan udah jalan-jalan bareng Kukut. Gue juga punya tragedi yang pengen gue ulang lagi, kalo bisa sih sering-sering. Jadi pas gue turun dari Bis Arimbi jurusan Merak-Kalideres, gue turun di Transmart Kebon Nanas, gue harus ganti Bis Agra untuk ke Bintaro.

  Setelah nyebrang jembatan penyeberangan, gue duduk sepi di halte sambil nunggu Agra. Setelah lima belas menit hampa, lalu ada seorang makhluk berambut panjang (bukan kunti yaa). Dia berkulit putih, kayaknya sih kayak mahasiswa gitu. Tapi, cantik banget (wkwkwk). Tadinya gue pengen cepet-cepet naik Agra, tapi jadi berharap biar Bisnya ga dateng-dateng biar gue bisa liat cewek itu. Dia lalu duduk di samping gue, PERSIS. Gue gatau harus apalagi selain bersyukur. Jarang-jarang nungguin bis ditemenin bidadari. Gue tadinya mau sokap dengan bertanya mau naik bis apa, tapi gue mengurungkan niat dan diam terpesona. Gue sesekali liat cewek itu yang lagi asik main hape (jadi pengen minta id line), Gue bener-bener mau liat mukanya terus, tapi gabisa, sulit, beratt. Sumpah gua gatau gua lebay apa alay, atau mungkin gue jomblo, tapi bisa aja itu jodoh guee (efek kebanyakan nonton sinetron). Tapi bener itu belom pernah terjadi di hidup gue sebelumnya. Gue ngerasa seneng banget. Setelah 15 menit duduk sampingan, tanpa mengeluarkan sepatah kata, akhirnya bis Agra dateng. Gue awalnya ga sadar karena meleng terus ke kanan gue. Tapi akhirnya gue sadar dan agak ngejar bis itu karena agak telat, gara-gara cewek itu.

  Endingnya, gue agak sedih. Karena gue berpikir awalnya dia bakal naik Agra juga, eh ternyata engga. Gue langsung memberi sinyal dan bis berhenti. Di pintu bis, gue sempet menoleh ke cewek tadi, yang masih dengan hpnya dan mukanya datar tapi manis. Gue agak sedih ga bisa bareng lagi karena ga satu bis, gue nyesel karena ga ngeluarin sepatah kata pun, gue nyesel ga minta id line (ini sih alig yaaa, impossible). Gue masih melihat kaca bis setelah naik dan melihat cewek itu yang bisa jadi untuk terakhir kalinya. Tapi gue tetep seneng, karena gue ga ketinggalan bis, hehe. Lalu perjalanan lancar, gue tidur sampe hampir ditujuan, tapi tetep gabisa lupain kejadian hari ini. Ini juga berarti sekarang gue udah beranjak dewasa, gue udah ngerasa bisa tahu apa jati diri gue sebenarnya. Gue udah mulai tahu bahwa dunia ga sesempit ruang kelas, dunia pantas untuk di explore, pantas dijelajahi. Ulat kecil yang hanya menempel didaun kini sudah tumbuh menjadi kupu-kupu, yang bisa bebas terbang, tapi tetap tahu dimana rumah untuk pulang. Gue udah mulai tahu, bahwa kejadian berkesan bisa terjadi dimana saja, kapan saja, di rencanakan atau tidak. Pengalaman yang akan membuat sekumpul buku yang bisa dibaca anak cucu sampai tua nanti, bahkan mati. Mungkin inilah awal lembaran baru, bahwa gue yang kekanakan sudah menjadi piagam berharga dan layak dikenang. Sekarang gue yang mulai tumbuh dewasa mulai membuka lembar baru dan menulis dengan rajin. Gue yakin banget bakal banyak banget kisah yang akan datang ke hidup baru gue ini. Ini baru awal, halaman pertama. Masih ada ribuan halaman lagi yang akan terisi. Masih ada puluhan buku yang akan tercetak. Masih banyak sejarah yang akan tercipta. 

  Malem minggu udah hampir berkumandang nihh. Yang jomblo sabar yaa. Semoga Kukut gue cepet sampe Jakarta yaa, aamiin. Gue berharap sih para reader berbahagia, jangan sedih di malam minggu, karena nanti awan juga ikut sedih, nangis. Di akhir cerita ini juga gue mau ngasih tau, sabar kalo lagi nunggu bis di halte, siapatau bakal kejadian kayak gue atau mungkin bisa lebih kece lagi, hehe. Gue juga mau konfirmasi, bahwa cerita gue ini sama sekali ga mengada-ada, ga bohong/hoax. Tapi terserah kalo kalian ga percaya, yang penting gue cuma mau berbagi. Karena bahagia takkan terasa sempurna bila tak dibagi-bagi. Dan kita telah sampai di akhir cerita. Semoga keberuntungan selalu menyertai kalian semua yaa gaes. Dan semoga keberuntungan menyertai "cewek itu". Dan yang paling penting, jangan sampe salah naik jurusan bis!

Maacih,

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Kamis, 02 Februari 2017

Sepasang Sepatu Basah


Adikku terkadang ceroboh.
Membiarkan masa kanak-kanaknya roboh.
Terburu-buru saat hujan membasahi aspal.
Hingga sepatunya basah yang hampir ia tak kenal.

Sepatu basah layaknya tak bertuan.
Sudah tak lagi menganggap dirinya seorang teman.
Karena rasa kecewa disebabkan keroyokan hujan.
Tak sadar bahwa itu sudah melawan,
Kegembiraan masa kecil dan kebebasan.

Kipas sejak tadi bekerja keras.
Menyembuhkan sepasang sepatu 
yang terlanjur basah.
Sekalipun mereka tidak menikmatinya.
Tak menganggap hujan sebagai ceria.
Bagi mereka hanya derita.
Mereka keliru, mereka belum cukup tua.

Andai sepatuku yang basah,
Akan kubiarkan mereka kuyup dan kalah.
Aku menganggap itu hal yang sah.
Tak melawan hukum, tak bersalah.
Tak ada satupun yang marah.

Aku rela setiap malam menunggu
sampai sepatuku kering.
Atau tak usah kubiarkan mengering.
Agar aku selalu hidup dalam setiap hujan 
yang membasahi kamu, juga sepatumu.
Aku tak peduli warnanya luntur,
takkan membuat aku gugur.
Tak risau walau besi keras melebur,
aku akan selalu menegur.
Setiap kedatanganmu yang membuat cuaca 
menjadi akur.
Lalu, aku tersungkur.

Semoga esok hujan turun lagi.
Senantiasa berkarya dan berani.
Sepatu ini yang akan menjadi saksi.
Bahwa aku telah jatuh cinta pada sepatumu,
keduanya.
Jangan khawatirkan sepatumu yang basah.
Dia takkan lelah.

Biarkan sepatumu basah karena hujan.
Jangan biarkan basah karena air mata.
Karena ku yakin, awan takkan rela.
Biar kamu merasakan, bagaimana indahnya cinta.
Dari sepasang sepatu yang tak bisa bicara.

Biarkan mereka saling mencinta.
Lihatlah ke langit yang sedang bercengkerama.
Dan sepatu yang kini kamu bawa kemana-mana.
Mereka basah, gembira dan senang tertawa.

Aku hidup diantara simpul tali.
Tidak usah kamu cari.
Aku akan ikut basah, dengan senang hati.
Bila perlu, kamu bisa berlari.
Agar kamu mengerti.
Tapi, jangan lupa mengikat tali.
Kini aku yang terus berlari,
Tak bisa berhenti.

(2017)